JAKARTA, KOMPAS.com - Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menyatakan, gerakan separatis di Papua tak harus selalu dihadapi dengan operasi tempur. Operasi non-tempur, kata Panglima, bisa menjadi pilihan dalam pemberantasan gerakan separatisme.
"Dalam operasi di Papua, kita melaksanakan dua operasi, yakni operasi kinetik (operasi tempur) dan operasi non-kinetik (operasi non-tempur)," kata Panglima TNI, kepada Antara TV, seperti dikutip Antara, Jumat (8/3/2019).
Operasi non-tempur, kata Panglima, bisa dilakukan dengan kegiatan dalam rangka upaya merebut hati masyarakat setempat. Misalnya, TNI harus bisa berperan untuk membuat membuat masyarakat tenang dan nyaman.
"Rasa aman dan nyaman ini akan menjadi virus kepada mereka semua yang memiliki niat untuk memberontak," katanya lagi.
Menurut Panglima, operasi non-tempur ini bisa dilakukan dengan kegiatan bakti sosial, kegiatan kesehatan, penyuluhan pertanian dan lainnya. Namun demikian, TNI tetap bersiap untuk melaksanakan operasi tempur bila diperlukan.
Hadi mengakui hingga kini masih terjadi gangguan keamanan dalam upaya pembangunan infrastruktur Trans Papua. Sementara TNI memiliki kewajiban untuk membantu mengamankan pembangunan tersebut.
Infrastruktur yang dibangun di wilayah Papua membutuhkan pengerjaan khusus, sehingga Presiden Joko Widodo meminta TNI untuk membantu proses pembangunan di provinsi itu.
"TNI memiliki kemampuan untuk mengamankan dan memiliki kemampuan untuk membangun infrastruktur, karena TNI memiliki batalion zeni konstruksi dan zeni tempur," ujarnya pula.
Sebelumnya, Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjen Sisriadi menuturkan bahwa pasukan TNI diserang dengan dengan kekuatan yang tidak berimbang saat terlibat kontak senjata dengan kelompok kriminal bersenjata (KKB) di wilayah Kabupaten Nduga, Kamis (7/3/2019) sekitar pukul 08.00 WIT.
Sisriadi menuturkan, pasukan TNI yang tergabung dalam Satgas Gakkum berkekuatan 25 orang tersebut baru tiba di Distrik Mugi dalam rangka mengamankan jalur pergeseran pasukan.
Baca juga: Tiga Anggota TNI Tewas, Jokowi Akui Tak Mudah Berantas KBB Papua
Tiba-tiba terjadi serangan mendadak oleh sekitar 50 sampai 70 orang bersenjata campuran baik senjata standar militer maupun senjata tradisional seperti panah dan tombak. TNI menduga mereka adalah kelompok yang dipimpin Egianus Kogoya.
Akibat serangan itu, sebanyak tiga prajurit TNI gugur. Ketiganya yakni Serda Mirwariyadin, Serda Yusdin, dan Serda Siswanto Bayu Aji.
Di pihak KKB, diperkirakan ada 7 hingga 10 orang yang tewas. Namun, jenazah anggota KKB yang tewas dibawa lari oleh kelompoknya.