JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Rahmat Bagja meminta peserta, pelaksana, tim kampanye, dan relawan pendukung peserta pemilu mengurangi kampanye hitam.
Bagja meminta seluruh pihak menciptakan suasana pemilu yang damai, tanpa menyinggung isu suku, agama, ras, dan antargolongan.
"Pemilu yang damai itu yang gembira, tanpa tekanan kemudian suasananya menggembirakan dan tidak mencekam. Kemudian pemilu yang damai ini prasyaratnya adalah kampanye hitam dikurangi, pemberitaan-pemberitaan mengenai suku agama dan ras dikurangi," kata Bagja saat ditemui di Kantor KPU, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (6/3/2019).
Baca juga: Bawaslu Minta Kepolisian Tegas Tindak Dugaan Kampanye Hitam Pemilu
Menurut Bagja, seharusnya, peserta, tim kampanye dan relawan adu visi misi dan program, bukan justru menyebarkan hoaks dan melakukan kampanye hitam.
Hal ini penting untuk memberikan pendidikan politik yang baik serta kampanye yang gembira.
"Harapannya, supaya kampanye-kampanye yang mendidik, gembira dan tidak mencekam," ujar Bagja.
"Ada anak yang diajak ke TPS dapat melihat bapaknya, ibunya, pamannya, tantenya, kakek neneknya dan terpatri di dalam dirinya serta akan juga dia praktikkan ke pemilu selanjutnya," lanjut dia.
Praktik kampanye hitam kian marak belakangan ini.
Baca juga: TKN Jokowi-Maruf Perintahkan Caleg Tak Main Kampanye Hitam
Pada akhir Febuari 2019, sebuah video viral diduga bentuk upaya kampanye hitam terhadap pasangan capres dan cawapres nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin menyebar.
Video tersebut diunggah pemilik akun Twitter @citrawida5.
Dalam video tersebut, seorang perempuan tengah berbicara kepada salah seorang penghuni rumah dalam bahasa Sunda.
"Moal aya deui sora azan, moal aya deui Nu make tiung. Awewe jeung Awewe meunang kawin, lalaki jeung lalaki meunang kawin (tidak ada lagi suara azan, tidak ada lagi yang pakai kerudung, perempuan dan perempuan boleh menikah, laki-laki dan laki-laki boleh menikah)," kata perempuan dalam video tersebut.
Yang terbaru, sebuah video kembali viral. Seorang ibu yang diduga di Sulawesi Selatan melakukan kampanye hitam terhadap Jokowi.
Baca juga: Maruf Amin Kirim Tim Khusus untuk Klarifikasi Kampanye Hitam di Aceh
Dalam video berdurasi 45 detik itu, si ibu yang terlihat tengah bertamu ke rumah salah seorang warga, mengatakan, pemerintahan Jokowi akan menghapus kurikulum agama dan menghapus pesantren.
"Kalau kita pilih Prabowo itu, kita pikirkan nasib agama kita, anak-anak kita walaupun kita tidak menikmati.Tapi besok lima tahun atau 10 tahun akan datang ini, apakah kita mau kalau pelajaran agama dihapuskan oleh Jokowi bersama menteri-menterinya," kata ibu tersebut, dilihat dari rekaman video.
"Itu kan salah satu programnya mereka. Yang pertama, pendidikan agama di hapus di sekolah sekolah. Terus rencananya mereka itu menggantikan pesantren Itu akan menjadi sekolah umum dan berbagai macam cara untuk ini," sambungnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.