Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Wapres Kalla Diminta Bandingkan Gaya Kepemimpinan Soeharto, SBY, dan Jokowi

Kompas.com - 05/03/2019, 14:14 WIB
Rakhmat Nur Hakim,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Presiden Jusuf Kalla diminta membandingkan gaya kepemimpinan Presiden Soeharto, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dan Presiden Joko Widodo oleh salah seorang aparatur sipil negara (ASN).

Saat itu, di tengah pidatonya, Kalla tiba-tiba meminta para ASN yang berpangkat eselon menanyakan kepadanya soal kepemimpinan dan birokrasi.

"Anda sudah mendengarkan begitu banyak proses puluhan tahun di pemerintahaan. Karena itu saya ingin Anda bertanya kepada saya," ujar Kalla saat berpidato di acara Ikatan Alumni Pelatihan Kepemimpinan Nasional di Kantor Lembaga Administrasi Negara, Jakarta, Selasa (5/3/2019).

Salah seorang ASN lalu bertanya kepada Kalla perbandingan di antara gaya kepemimpinan Soeharto, SBY, dan Jokowi.

Baca juga: Kalla: Kalau Pak Jokowi Menang Tak Usah Khawatir, kalau yang Sebelah Saya Tidak Tahu

ASN tersebut menanyakan, di antara gaya kepemimpinan ketiganya, model mana yang terbaik untuk memimpin Indonesia lima tahun ke depan.

"Menurut Bapak dengan kondisi kebangsan yang ada sekarang dan kondisi global yang ada sekarang, kepemimpinan model siapa di antara tiga presisden kita yang terbaik memimpin negeri ini lima tahun ke depan?" tanya sang ASN kepada Kalla.

Para ASN dan pejabat pemerintahan yang hadir pun tertawa mendengar pertanyaan tersebut. Kalla lalu berseloroh dan menilai pertanyaan tersebut sulit untuk dijawab.

"Pertama pertanyaan susah ini. Siapa, Bapak Soeharto, Pak SBY, Pak Jokowi. Rupanya tidak ingin membicarakan Gus Dur dan Ibu Megawati ini," ujar Kalla lalu disambut tawa para ASN dan pejabat yang hadir di sana.

Kemudian, Kalla mengatakan, gaya kepemimpinan itu harus sesuai dengan zaman.

Kalla menyebutkan, Soeharto bisa berkuasa selama 32 tahun dan diawali dengan cara yang cukup demokratis. Awalnya, partai politik masih dibebaskan berpendapat.

Baca juga: Jenguk Ani Yudhoyono, Wapres Kalla Bertolak ke Singapura

Namun, kata Kalla, semua berubah setelah muncul pengelolaan negara yang monopolistik oleh pemerintah.

"Banyak terjadi nepotisme. Ada arena proyek-proyek maka terjadi krisis. Dalam kondisi seperti itu, Pak Harto lebih otoriter. Tapi memang tiga pemimpin di ASEAN hampir sama. Pak Harto, Mahathir (Mohamad), Lee Kuan Yew, dan juga (Ferdinand) Marcos di Filipina," ujar Kalla.

"Kita tahu mereka dekat, tapi dua (Mahathir dan Lee Kuan Yew) tidak melakukan nepotisme. Tapi tetap tidak sesuai dengan prinsip demokrasi yang terbuka," lanjut dia.

Sementara itu, sambung Kalla, SBY merupakan sosok yang demokratis.

Hal itu, kata Kalla, terlihat dari reformasi TNI yang dilakukan SBY. Padahal, kata Kalla, SBY berangkat dari latar belakang militer.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Yusril Harap Formasi Kabinet Prabowo-Gibran Tak Hanya Pertimbangkan Kekuatan di DPR

Yusril Harap Formasi Kabinet Prabowo-Gibran Tak Hanya Pertimbangkan Kekuatan di DPR

Nasional
Eks Ajudan Ungkap Anggaran Kementan untuk Bayar Dokter Kecantikan Anak SYL

Eks Ajudan Ungkap Anggaran Kementan untuk Bayar Dokter Kecantikan Anak SYL

Nasional
Yusril Bilang KIM Belum Pernah Gelar Pertemuan Formal Bahas Kabinet Prabowo

Yusril Bilang KIM Belum Pernah Gelar Pertemuan Formal Bahas Kabinet Prabowo

Nasional
Yusril Nilai Tak Semua Partai Harus Ditarik ke Kabinet Prabowo Kelak

Yusril Nilai Tak Semua Partai Harus Ditarik ke Kabinet Prabowo Kelak

Nasional
Cara Urus Surat Pindah Domisili

Cara Urus Surat Pindah Domisili

Nasional
Tanggal 20 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 20 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
TKN Klaim 10.000 Pendukung Prabowo-Gibran Akan Ajukan Diri Jadi 'Amicus Curiae' di MK

TKN Klaim 10.000 Pendukung Prabowo-Gibran Akan Ajukan Diri Jadi "Amicus Curiae" di MK

Nasional
Tepis Tudingan Terima Bansos, 100.000 Pendukung Prabowo-Gibran Gelar Aksi di Depan MK Jumat

Tepis Tudingan Terima Bansos, 100.000 Pendukung Prabowo-Gibran Gelar Aksi di Depan MK Jumat

Nasional
Jaksa KPK Sentil Stafsus SYL Karena Ikut Urusi Ultah Nasdem

Jaksa KPK Sentil Stafsus SYL Karena Ikut Urusi Ultah Nasdem

Nasional
PAN Minta 'Amicus Curiae' Megawati Dihormati: Semua Paslon Ingin Putusan yang Adil

PAN Minta "Amicus Curiae" Megawati Dihormati: Semua Paslon Ingin Putusan yang Adil

Nasional
KPK Ultimatum.Pengusaha Sirajudin Machmud Hadiri Sidang Kasus Gereja Kingmi Mile 32

KPK Ultimatum.Pengusaha Sirajudin Machmud Hadiri Sidang Kasus Gereja Kingmi Mile 32

Nasional
KSAU Pimpin Sertijab 8 Pejabat Utama TNI AU, Kolonel Ardi Syahri Jadi Kadispenau

KSAU Pimpin Sertijab 8 Pejabat Utama TNI AU, Kolonel Ardi Syahri Jadi Kadispenau

Nasional
Pendukung Prabowo-Gibran Akan Gelar Aksi di MK Kamis dan Jumat Besok

Pendukung Prabowo-Gibran Akan Gelar Aksi di MK Kamis dan Jumat Besok

Nasional
Menteri PAN-RB Enggan Komentari Istrinya yang Diduga Diintimidasi Polisi

Menteri PAN-RB Enggan Komentari Istrinya yang Diduga Diintimidasi Polisi

Nasional
Pengemudi Fortuner yang Mengaku Adik Jenderal Juga Dilaporkan Korban ke Puspom TNI

Pengemudi Fortuner yang Mengaku Adik Jenderal Juga Dilaporkan Korban ke Puspom TNI

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com