Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Surya Paloh: Di Nasdem, Capresnya Lebih Penting daripada Calegnya

Kompas.com - 02/03/2019, 21:24 WIB
Diamanty Meiliana

Editor

Sumber Antara

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh menegaskan, partainya akan total untuk lebih mementingkan kemenangan pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden Nomor Urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin dalam Pemilihan Presiden 2019, baru kemudian kemenangan calon legislatif.

Surya Paloh mengatakan, saat ini hampir seluruh parpol memang akan mementingkan Pileg demi lolos syarat ambang batas parlemen sebesar 4 persen jika ingin memiliki fraksi di DPR RI.

"Kita berbeda. Kita katakan di Nasdem justru calon presidennya lebih penting daripada calon legislatifnya," katanya dalam pengarahan internal kepada 150 caleg DPRD Kabupaten Bungo dan Kabupaten Tebo, di Kota Muara Bungo, Jambi, Sabtu (2/3/2019), dikutip dari Antara.

Baca juga: Bersih dari Caleg Eks Koruptor, Sekjen Nasdem Bilang Itu Kerja Ratusan Orang

Pemilik dan pendiri MetroTV ini menegaskan, pihaknya bertekad dengan seluruh daya upaya dan kemampuan yang dimilikinya untuk memberikan dukungan secara total dan memenangkan calon presidennya.

Dalam kesempatan ini, Paloh juga mengingatkan para kadernya bahwa ada dua target pada 17 April 2019 mendatang yang akan dilangsungkan secara serentak yakni memenangkan pasangan Jokowi-Ma'ruf di Pilpres dan memperoleh minimal 100 kursi DPR RI di Pileg.

Baca juga: Survei LSI: PDI-P, Gerindra, Golkar, PKB, dan Nasdem Kuasai Pemilih Wong Cilik

Menurut Surya, dirinya lebih memilih memenangkan capres karena sistem konstitusi yang dimiliki Indonesia. Negara Indonesia memberikan bentuk sistem ketatanegaraan dengan sistem presidensial.

"Pemerintahan dengan sistem presidensial. Presiden sekaligus sebagai kepala pemerintahan dan kepala negara. Maka, seluruh persoalan kehidupan kebangsaan kita amat sangat bertumpu pada kebijakan atas putusan yang diambil oleh seorang kepala negara dan kepala pemerintahan," katanya.

Baca juga: Bawaslu Ciamis Rekomendasikan Pencoretan Seorang Caleg Nasdem

Ia mengatakan, hingga saat ini bangsa dan negara masih memerlukan upaya-upaya untuk melakukan restorasi, penguatan atas seluruh aspek kehidupan kebangsaan yang dimiliki.

Hal inilah yang merupakan bagian dari komitmen visi dan misi partai sehingga diperlukan kepala pemerintahan yang sejalan yang berupaya untuk menerima dan menjadikan sebagai kebijakan pemerintahan.

"Kita percaya orang yang tepat untuk melaksanakan itu adalah Jokowi. Ini alasan kenapa kita lebih mementingkan terpilihnya kembali Jokowi ketimbang eskalasi kenaikan kursi caleg," ungkapnya.

Kompas TV Komisi Pemilihan Umum Kota Gorontalo mencoret calon legislatif Kota Gorontalo Partai Nasdem, Remi S Ontalu dari daftar calon tetap. Remi S Ontalu merupakan calon legislatif Kota Gorontalo dari Partai Nasdem. Namanya dicoret KPUD, karena terbukti melakukan pelanggaran kampanye, yakni dengan menjanjikan uang dana duka sebesar Rp 500 ribu jika terpilih nanti. Keputusan ini dinyatakan dalam sidang di Pengadilan Negeri Tinggi Gorontalo. Dalam putusannya, Remi pun divonis pidana penjara 2 bulan dengan masa percobaan 4 bulan. Atas putusan pengadilan, meski KPU Gorontalo telah mencoret nama Remi, tapi jika ada pemilih yang tetap mencoblos nama Remi, maka suara tersebut akan masuk untuk Partai Nasdem.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Sumber Antara


Terkini Lainnya

Kemenlu: Indonesia Sesalkan DK PBB Gagal Sahkan Resolusi Keanggotaan Penuh Palestina

Kemenlu: Indonesia Sesalkan DK PBB Gagal Sahkan Resolusi Keanggotaan Penuh Palestina

Nasional
Yusril Prediksi MK Tak Diskualifikasi Gibran

Yusril Prediksi MK Tak Diskualifikasi Gibran

Nasional
Soal Besaran Tunjangan ASN yang Pindah ke IKN, Pemerintah Tunggu Jokowi

Soal Besaran Tunjangan ASN yang Pindah ke IKN, Pemerintah Tunggu Jokowi

Nasional
MK Bantah Ada Bocoran Putusan Sengketa Pilpres

MK Bantah Ada Bocoran Putusan Sengketa Pilpres

Nasional
Marinir Indonesia-AS Akan Kembali Gelar Latma Platoon Exchange Usai 5 Tahun Vakum

Marinir Indonesia-AS Akan Kembali Gelar Latma Platoon Exchange Usai 5 Tahun Vakum

Nasional
Ingin Pileg 2029 Tertutup, Kaesang: Supaya “Amplop”-nya Enggak Kencang

Ingin Pileg 2029 Tertutup, Kaesang: Supaya “Amplop”-nya Enggak Kencang

Nasional
PSI Akan Usung Kader Jadi Cawagub Jakarta dan Wali Kota Solo

PSI Akan Usung Kader Jadi Cawagub Jakarta dan Wali Kota Solo

Nasional
Soal Sengketa Pilpres, Pengamat Nilai MK Tak Bisa Hanya Diskualifikasi Gibran

Soal Sengketa Pilpres, Pengamat Nilai MK Tak Bisa Hanya Diskualifikasi Gibran

Nasional
Profil Marsda Arif Widianto, Pati AU yang Kini Jabat Dansesko TNI

Profil Marsda Arif Widianto, Pati AU yang Kini Jabat Dansesko TNI

Nasional
Sudirman Said Sebut Pertemuan JK dan Megawati Kemungkinan Terjadi Setelah Putusan MK

Sudirman Said Sebut Pertemuan JK dan Megawati Kemungkinan Terjadi Setelah Putusan MK

Nasional
Kaesang Ingin Pileg 2029 Proporsional Tertutup: Pilih Partai, Bukan Caleg

Kaesang Ingin Pileg 2029 Proporsional Tertutup: Pilih Partai, Bukan Caleg

Nasional
KSAU Temui KSAL, Bahas Peningkatan Interoperabilitas dan Penyamaan Prosedur Komunikasi KRI-Pesud

KSAU Temui KSAL, Bahas Peningkatan Interoperabilitas dan Penyamaan Prosedur Komunikasi KRI-Pesud

Nasional
Pengamat Heran 'Amicus Curiae' Megawati Dianggap Konflik Kepentingan, Singgung Kasus Anwar Usman

Pengamat Heran "Amicus Curiae" Megawati Dianggap Konflik Kepentingan, Singgung Kasus Anwar Usman

Nasional
Sudirman Said Berharap Anies dan Prabowo Bisa Bertemu

Sudirman Said Berharap Anies dan Prabowo Bisa Bertemu

Nasional
Marak 'Amicus Curiae', Pakar: Jadi Pertimbangan Hakim MK untuk Gali Rasa Keadilan dalam Masyarakat

Marak "Amicus Curiae", Pakar: Jadi Pertimbangan Hakim MK untuk Gali Rasa Keadilan dalam Masyarakat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com