JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Abhan menyebut, beredarnya berita bohong atau hoaks di media sosial meningkat menjelang pelaksanaan pemilu 2019. Banyak hoaks yang terjadi yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemilu atau peserta pemilu.
Abhan meminta seluruh pihak untuk bijak dalam menggunakan media sosial.
"Secara umum memang meningkat ketika hoaks ini sebelum tahun-tahun pemilu dengan memasuki tahun pemilu ini masa-masa kampanye," kata Abhan di kantor Bawaslu, Selasa (26/2/2019).
Baca juga: KPU Laporkan Dugaan Hoaks e-KTP WNA China ke Polisi
"Untuk itu, bijaklah dalam menggunakan media sosial agar tidak mengadu domba, fitnah, dan ujaran kebencian," sambungnya.
Abhan mengatakan, pihaknya sebenarnya berharap, media sosial bisa digunakan peserta pemilu dan tim kampanyenya menyampaikan gagasan, program, dan visi-misi. Media sosial merupakan salah satu sarana informasi dari peserta pemilu ke pemilih.
Tetapi, tak dapat dipungkiri bahwa media sosial sangat terbuka sehingga informasi dari siapapun, baik benar ataupun tidak, dapat beredar dengan cepat di media sosial.
Oleh karena itu, penting bagi seluruh komponen masyarakat, termasuk peserta pemilu, mendapatkan pendidikan politik.
Baca juga: Respons Jokowi soal Kampanye Hitam Ibu-ibu di Karawang
"Tentu kita harus bersama-sama untuk bisa melakukan pendidikan politik kepada seluruh komponen bangsa ini," ujar Abhan.
Beredar sejumlah berita bohong atau hoaks yang berkaitan dengan pemilu.
Di awal tahun 2019, terjadi hoaks 7 kontainer surat suara yang sudah tercoblos. Belakangan, ditemukan dugaan hoaks kepemilikan e-KTP warga negara China yang disebut-sebut tercatat dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) pemilu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.