JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Komunikasi Politik Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf, Usman Kansong menilai ibu-ibu yang ada dalam video soal tak ada azan lagi jika calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo terpilih adalah korban.
Usman mengatakan pada dasarnya mereka adalah masyarakat biasa.
"Kami menganggap ibu-ibu itu korban dari kampanye yang salah, dari orang-orang yang lebih pintar. Mereka itu orang-orang biasa yang menerima begitu saja informasi dari orang-orang di atasnya," ujar Usman di Posko Cemara, Selasa (26/2/2019).
Baca juga: Tiga Wanita Terkait Video Jika Jokowi Terpilih, Tak Ada Lagi Azan Dijerat UU ITE
Oleh karena itu, kata Usman, TKN Jokowi-Ma'ruf telah melaporkan masalah ini ke polisi. Usman mengatakan hal ini agar aktor intelektualnya bisa ditangkap. TKN Jokowi-Ma'ruf tidak ingin permasalahan ini hanya berhenti pada ibu-ibu itu saja.
Usman berpendapat kampanye hitam seperti ini tidak boleh dibiarkan begitu saja. Sebab bisa menjerumuskan masyarakat ke dalam kontestasi pemilu yang tidak kondusif.
"Karena sudah rasis dan sensitif, sudah membawa agama dan itu jelas tidak benar. Kalau didiamkan akan timbul konflik sosial di masyarakat," ujar Usman.
Baca juga: Jusuf Kalla: Pak Maruf Amin Ketum MUI, Bagaimana Bisa Melarang Azan?
Video ibu-ibu yang menyebut jika Jokowi terpilih kembali, tidak akan ada azan sempat viral di media sosial. Video tersebut salah satunya diunggah akun Instagram indozone.id.
Dalam video tersebut tampak dua perempuan tengah berbicara kepada salah seorang penghuni rumah dalam bahasa Sunda. Diduga hal itu untuk memengaruhi warga agar tidak memilih Jokowi pada pilpres mendatang.
"Moal aya deui sora azan, moal aya deui nu make tiung. Awewe jeung awewe meunang kawin, lalaki jeung lalaki meunang kawin (Tidak ada lagi suara azan, tidak ada lagi yang memakai kerudung. Perempuan sama perempuan boleh menikah, laki-laki sama laki-laki boleh menikah)," kata perempuan dalam video tersebut.