JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Nur Hidayati menilai kedua calon presiden tidak memberikan jawaban memuaskan terkait isu upaya pelestarian lingkungan yang menjadi tema debat kedua Pilpres 2019.
"Secara umum keduanya belum bisa memberikan jawaban yang memuaskan. Keduanya belum bisa memberikan tawaran bagaimana mereka akan melestarikan lingkungan, bagaimana membangun infrastruktur tapi tidak berdampak negatif kepada masyarakat dan lingkungan," kata Nur Hidayati di Kantor Walhi, Jakarta, Senin (18/2/2019), seperti ditulis Antara.
Melihat dari hasil debat, Nur khawatir siapapun yang menjadi presiden nanti kurang peduli pada kelestarian lingkungan.
Baca juga: Prabowo Mengaku Bakal Tindak Tegas Perusahaan Perusak Lingkungan
"Siapapun yang terpilih, sama saja," katanya.
Dalam debat semalam, Nur menilai capres nomor urut 01 Joko Widodo lebih banyak memamerkan apa yang sudah dilakukan terkait isu lingkungan.
Namun, sejumlah data yang dirinci Jokowi, kata Nur, cenderung berlebihan dan tidak sesuai dengan kenyataan.
"Data-data kebakaran hutan, dia (Jokowi) bilang hampir tidak ada. Padahal tiap tahun ada (kebakaran hutan). Memang kebakaran hutan berkurang sejak 2015, namun masih terus terjadi sampai sekarang," katanya.
Selain itu, Nur juga menyinggung klaim Jokowi dalam kasus penanganan kebakaran hutan dan lahan yang menyebut ada 11 perusahaan yang sudah dihukum.
Nur membenarkan bahwa 11 perusahaan itu telah dinyatakan bersalah dengan denda Rp 18,3 triliun dan putusannya pun telah inkrah. Namun sebagian besar nilai denda tersebut belum dapat dieksekusi.
Baca juga: Ide Prabowo Pisahkan Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup Tak Jamin Tuntaskan Masalah SDA
"Seolah-olah Rp 18,3 triliun itu sudah dikembalikan ke negara. Padahal semua putusan itu belum ada yang bisa dieksekusi dan dikembalikan ke negara," katanya.
Nur Hidayati pun mengomentari pernyataan capres nomor urut 02 Prabowo Subianto. Menurut dia, Prabowo cenderung hanya berbicara jargon tapi tidak menjelaskan langkah yang hendak dilakukan.
"Capres nomor urut 02 masih berbicara jargon, padahal kami ingin lihat bagaimana cara, langkah yang hendak ia tempuh nanti dalam penyelamatan lingkungan," katanya.