KOMPAS.com – Kedua calon presiden peserta Pemilu Presiden atau Pilpres 2019, Joko Widodo dan Prabowo Subianto. diketahui paling banyak mengucapkan kata "Indonesia" selama debat kedua, Minggu (17/2/2019) malam.
Jokowi terhitung mengucapkan "Indonesia" sebanyak 24 kali. Sementara, Prabowo dengan jumlah sedikit di bawahnya, yakni 20 kali.
Hitungan itu diperoleh dari analisis konten yang dilakukan oleh PT Bahasa Kita dengan menggunakan mesin transkrip otomatis Notula Engine yang berbasis deep learning.
"Indonesia" menjadi kata yang paling banyak disebutkan di antara kata-kata yang lain dalam debat bertema "Energi, Pangan, Infrastruktur, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup".
Menurut pakar teknologi bahasa, sekaligus pengembang Notula Engine, Oskar Riandi, pihaknya tidak melakukan analisis makna lebih lanjut terkait hal itu. Hanya saja, ia berharap itu sebagai tanda tulus keduanya ingin mengabdi kepada negara.
"Terus terang senang saja, capres-capres kita banyak mengucapkan kata 'Indonesia'. Mudah-mudahan keduanya tulus punya perhatian besar terhadap bangsanya," kata Oskar, saat dihubungi Kompas.com, Senin (18/2/2019).
"Sangat merarik mungkin kalau ada analisis dari psikolog atau psikiater terkait kata-kata dan jumlah kata-kata yang diulang-ulang, misalnya," ucap Oskar.
Baca juga: [KLARIFIKASI] Jokowi Pakai Alat Bantu Komunikasi Saat Debat Kedua
Selain kata "Indonesia", ada beberapa kata lainnya yang paling kerap disebut oleh para capres. Misalnya, Jokowi yang 24 kali menyebut kata "puluh", 24 kata "bangun", 22 kata "negara", dan 18 kata "selesai".
Sementara, Prabowo diketahui menyebut "infrastruktur" sebanyak 19 kali, "usaha" 17 kali, "rakyat"16 kali, "hidup"15 kali.
Adapun total kata yang diucapkan keduanya dihitung menggunakan Notula adalah sebanyak 5.948 kata, 51,4 persen diucapkan oleh Jokowi dan sisanya 48,6 persen oleh Prabowo.
Melihat hal ini, Oskar juga mengaku tidak melakukan analisis lebih lanjut, pihaknya hanya mencoba memaparkan data.
"Ini juga kami tidak melakukan analisis lebih jauh. Kami serahkan kepada yang melihat data saja. Ada yang menyatakan, mungkin berkorelasi dengan penguasaan materi sehingga bisa berbicara lebih. Kami sendiri hanya menyajikan data," ucap Oskar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.