JAKARTA, KOMPAS.com — Anggota Dewan Pengarah Badan Pemenangan Nasional (BPN) Fadli Zon memprediksi pasangan calon Prabowo Subianto-Sandiaga Uno menang di kisaran 63 persen.
Hal itu diungkapkan Fadli berdasarkan survei internal mereka, yang menunjukkan Prabowo-Sandiaga sudah melewati pasangan calon nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin.
"Kalau menurut saya sih prediksi kami, insya Allah kami menang 63 persen," kata Fadli saat ditemui di kantor Sekretariat Nasional (Seknas) Prabowo-Sandiaga, Jakarta Pusat, Selasa (12/2/2019).
Baca juga: Ruhut Sindir Kubu Prabowo Hanya Percaya Survei Internal
Fadli pun menyindir pencitraan yang dilakukan Jokowi demi mendongkrak elektabilitasnya yang sudah mangkrak.
Ia menilai, banyak janji Jokowi yang tak terealisasi sehingga tidak membantu elektabilitasnya, dan malah menimbulkan pencitraan.
"Artinya, tidak ada capaian yang membuat rakyat ini menambah atau mengokohkan pilihannya karena janjinya enggak ditepati," ungkap Fadli.
Baca juga: Tak Peduli Hasil Survei LSI, Kubu Prabowo Hanya Pakai Survei Internal
"Seorang petahana itu biasanya bicara bahwa ini lho yang sudah saya lakukan, ini keberhasilan saya, tetapi klaim itu terlalu mudah dipatahkan, akhirnya menjadi gimmick-gimmick, pencitraan," lanjutnya.
Salah satu pencitraan yang disindir Fadli adalah ketika Presiden Jokowi dan keluarganya jalan-jalan di Kebun Raya Bogor, pada Desember 2018 silam.
Fadli pun menyinggung bahwa pencitraan tersebut tertuang dalam teori bernama photo operation. Menurutnya, teori tersebut muncul saat Pilpres di Amerika Serikat.
Baca juga: Jubir Prabowo-Sandiaga Lebih Percaya Survei Internal Dibandingkan Lembaga Lain
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra tersebut menjelaskan, jika pencitraan dilakukan sesuai teori, maka akan ada dampak atau citra yang terbentuk.
Kendati demikian, Fadli menilai, pencitraan keluarga harmonis Jokowi justru terkesan brutal karena perancangnya tidak memahami teori tersebut.
"Di pilpres Amerika itu memang ada teorinya, namanya photo ops, memang dia sengaja berikan pencitraan untuk dapatkan impact tertentu bahwa kita ini memang keluarga harmonis. Itu dibikin rapih, ini (Jokowi) dibikin pencitraan brutal karena tidak mengerti teorinya," terangnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.