JAKARTA, KOMPAS.com - Calon wakil presiden nomor urut 01 Ma'ruf Amin bercerita tentang terpaan hoaks yang menimpa dirinya selama masa kampanye Pemilihan Presiden 2019.
Cerita ini bermula saat dia berpesan kepada masyarakat minang di Jakarta yang hari ini mendeklarasikan dukungannya. Ma'ruf berpesan bahwa mereka harus berjuang dengan cara yang bermartabat.
"Jangan karena kita mau menang, kita melakukan hal-hal tidak bermartabat, merusak, membuat isu-isu," ujar Ma'ruf di Jalan Agus Salim, Rabu (6/2/2019).
Ma'ruf pun bercerita dirinya juga pernah terkena isu-isu negatif. Contohnya, ketika pengundian nomor urut Pilpres oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Setelah selesai, banyak pendukung Jokowi-Ma'ruf yang menyanyikan yel-yel. Ma'ruf kemudian ikut bertepuk tangan mengiringi nyanyian para pendukung.
Baca juga: Maruf Amin: Dulu, Ulama Itu Cuma Dijadikan Tukang Dukung Saja...
"Lalu dibilang katanya Kiai Ma'ruf sudah kehilangan (sisi) ulamanya karena joget. Saya bilang matamu rabun, orang cuma tepuk tangan kok dibilang joget," ujar Ma'ruf.
Belum lagi isu ketika Ma'ruf terekam video sedang cipika cipiki dengan perempuan. Dia dibandingkan dengan ulama lain yang tidak bersentuhan saat menyapa perempuan. Ma'ruf kemudian mencari video tersebut dan menontonnya.
"Pas saya lihat wah itu kan istri saya. Masa cipika cipiki dengan istri tidak boleh," kata dia.
Hoaks lainnya bahkan menyerang anaknya. Ma'ruf mengatakan ada pemberitaan yang menyebut anaknya tidak akan mendukung Jokowi-Ma'ruf. Meskipun ayahnya menjadi calon wakil presidennya.
Baca juga: Maruf Amin Sebut Jokowi Tak Menyerang, Cuma Klarifikasi
"Kelabakan anak saya kelabakan dibuat berita seperti itu. Ini nih hoaks," kata Ma'ruf.
Itu semua dia namakan sebagai tsunami teknologi. Teknologi yang seharusnya memberikan banyak manfaat bagi manusia justru digunakan untuk membuat kegaduhan. Ma'ruf mengatakan tsunami jenis ini bisa lebih bahaya dari tsunami biasa.
"Kalau tsunami air kan di situ saja. Di Lombok ya Lombok saja, di Palu ya Palu saja," ujar Ma'ruf.
"Kalau tsunami teknologi ini se-Indonesia atau sedunia, itu jadi isu yang mengglobal. Ini namanya tsunami teknologi," tambah dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.