JAKARTA, KOMPAS.com — Calon presiden petahana Joko Widodo mulai memainkan gaya menyerang dalam sisa masa kampanye Pemilihan Presiden, April 2019 2019.
Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin, Erick Thohir, menyoroti pernyataan kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno bahwa gaya menyerang Jokowi karena kepanikan atas elektabilitas yang kian tergerus.
Erick meminta seluruh pihak selalu bersumber dari fakta dan data. Berdasarkan hasil riset lembaga survei resmi yang diakui KPU, selisih suara kedua pasangan calon minimal sebesar 20 persen.
"Hanya ada dua lembaga yang menyatakan selisihnya sudah berkurang, yakni lembaga Media Survei Nasional (Median) serta Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis (Puskaptis)," ujar Erick melalui keterangan pers, Rabu (6/2/2019).
Baca juga: Jokowi yang Mulai Agresif Menyerang...
Kalaupun survei Median dan Puskaptis itu mau diakui, selisih elektabilitas Jokowi-Ma'ruf dengan Prabowo-Sandiaga masih mencapai 15-18 persen.
"Semuanya menunjukkan kemenangan Jokowi-Ma'ruf sehingga aneh apabila disebut Jokowi dan Ma'ruf panik. Yang terjadi seharusnya adalah sebaliknya," ujar Erick.
"Intinya, kalau dikatakan Jokowi panik karena survei, jawabannya tidak," lanjut pengusaha muda pendiri Grup Mahaka tersebut.
Baca juga: Fadli Zon Anggap Jokowi Putus Asa Hadapi Prabowo
Lagipula, Erick mengingatkan, pada tahun 2014 lalu lembaga survei Puskaptis dikeluarkan dari keanggotaan Dewan Etik Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia (Persepi).
Selain Puskaptis, Persepi juga mengeluarkan sebuah lembaga survei lain bernama Jaringan Suara Indonesia (JSI).
Sebab, Puskaptis dan JSI dinilai tidak dapat mempertanggungjawabkan publikasi hitung cepat di Pilpres 2014 bahwa pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa unggul dengan selisih 1 hingga 2 persen suara dibandingkan pasangan Jokowi-Jusuf Kalla.
Baca juga: Kubu Prabowo-Sandiaga: Ini Tanda-tanda Kekalahan Jokowi dan Maruf
"Kita harus berkaca pada lembaga survei yang asosiasinya masuk ke KPU. Jadi, lembaga survei ini yang diakui KPU itu memberikan data kedua paslon itu bedanya masih 20 persen," lanjut dia.
Kubu Prabowo-Sandiaga sebelumnya menilai, langkah Jokowi yang mulai memainkan gaya menyerang sebagai bentuk kepanikan.
Sebab menurut survei internal mereka, selisih elektabilitas kedua pasangan calon mulai menipis.
"Pak Jokowi panik dan stres. Kami merasa prihatin dengan kondisi beliau yang seperti dalam keadaan tertekan," ujar juru bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga, Ade Rosiade.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.