Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Heryadi Silvianto
Dosen FIKOM UMN

Pengajar di FIKOM Universitas Multimedia Nusantara (UMN) dan praktisi kehumasan.

Pilpres Terjebak Isu Recehan

Kompas.com - 04/02/2019, 21:52 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

HINGGA berlalunya debat sesi pertama calon presiden dan wakil presiden pada tanggal 17 Januari 2019, secara jujur kita tidak menemukan adanya diskursus yang sengit terkait sejumlah isu pokok yang sebenarnya layak diuji oleh masing-masing kandidat.

Debat malah urung menjadi forum yang menguliti visi dan misi kandidat, namun jadi semacam etalase kisi-kisi dan presentasi basa-basi.

Padahal panggung debat berbiaya hampir 250 juta tersebut, tadinya diharapkan mampu menjadi sarana menggali cara berpikir (way of thinking) capres untuk mengelola hampir 250 juta jiwa rakyat Indonesia. Hak azasi manusia (HAM) sebagai tema awal saja tidak tereksplorasi dengan maksimal.

Kita berharap tema strategis akan jauh lebih dominan hari-hari kedepan seperti ketahanan pangan, kemiskinan, importasi, pengelolaan sumber daya alam (SDA), reformasi birokrasi, korupsi dan sejenisnya

Kampanye sudah dimulai sejak tanggal 23 September 2018 hingga nanti tanggal 13 April 2019 untuk memilih calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) serta pasangan calon presiden dan wakil presiden.

Baca juga: 4 Kasus Pelanggaran Kampanye Pileg 2019 yang Berujung Penjara

 

Ironisnya lima bulan terakhir isu yang banyak menyeruak di publik justru isu sampiran sekelas infotainment seperti kandidat yang memakai petai di kepala, ungkapan tempe setipis anjungan tunai mandiri (ATM), uji tes ngaji, keberanian jadi imam shalat, ungkapan sontoloyo, genderuwo, kehidupan keluarga, tampang boyolali, dan sejenisnya.

Isu remeh, subtansi receh

Terhitung kurang dari delapan puluh hari waktu yang masih tersisa bagi seluruh kontestan politik untuk menarik simpati pemilih. Sejatinya kita mendorong demokrasi rasional, namun secara faktual terlalu banyak program kampanye yang dibangun dengan pendekatan irasional.

Berbagai macam cara yang ditempuh dan sejumlah gaya digunakan untuk kesekian kali nampak belum menyentuh persoalan subtansial.

Ironisnya beragam isu recehan seperti sengaja “dikembangbiakan” oleh masing-masing tim sukses, “dikipas-kipasi” oleh media dan “diobral” oleh para pegiat media sosial. Ibaratnya ruang publik kita kini hancur di darat, tenggelam di laut dan porak poranda di udara.

Sungguh lelah mengikuti dan seringkali berhenti mengamati, namun setiap hari isu-isu remeh subtansi receh datang silih berganti memapar publik. Tidak terkendali dan membabi buta, ruang publik “diperkosa” oleh para aktor politik.

Baca juga: Masyarakat Harus Kritis dan Proaktif jika Ada Iklan Kampanye di Luar Jadwal

 

Berdebat di ruang kaca, bertengkar di warung kopi, berseteru di aplikasi. Hoaks dijadikan senjata, pun ujaran kebencian jadi penghias.

Mencegah prilaku hoaks dan ujaran kebencian sambil menghabisi lawan bicara dengan ‘meme’ sejenis, melarang diskusi politik dalam platform sambil mendorong aktor politik lain menjadi prilaku lazim sejumlah obrolan media sosial. Standar ganda tidak hanya ada di atas roda dua, namun juga di balik kemudi smartphone.

Dalam titik tertentu kita seringkali bertanya, jangan-jangan isu recehan tersebut sengaja dibuat dan dipabrikasi untuk menenggelamkan isu-isu pokok, karena tujuan dari kontestasi politik sesungguhnya yaitu saling mengalahkan dan menjelekkan satu sama lain (zero sum game).

Bukan sibuk dan fokus menumbuhkan gagasan brilian, hadirkan terobosan kebijakan yang mendasar dan dorong program strategis yang membumi. Mereka menganggap bahwa semua hal baik cukup ada di visi dan misi, sisanya bertempur sampai hancur.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Daftar 33 Pengajuan Amicus Curiae Sengketa Pilpres 2024 di MK

Daftar 33 Pengajuan Amicus Curiae Sengketa Pilpres 2024 di MK

Nasional
Apa Gunanya 'Perang Amicus Curiae' di MK?

Apa Gunanya "Perang Amicus Curiae" di MK?

Nasional
Dampak Erupsi Gunung Ruang: Bandara Ditutup, Jaringan Komunikasi Lumpuh

Dampak Erupsi Gunung Ruang: Bandara Ditutup, Jaringan Komunikasi Lumpuh

Nasional
Megawati Lebih Pilih Rekonsiliasi dengan Jokowi atau Prabowo? Ini Kata PDI-P

Megawati Lebih Pilih Rekonsiliasi dengan Jokowi atau Prabowo? Ini Kata PDI-P

Nasional
Yusril Sebut Kekalahan Prabowo di Aceh Mentahkan Dugaan 'Cawe-cawe' Pj Kepala Daerah

Yusril Sebut Kekalahan Prabowo di Aceh Mentahkan Dugaan "Cawe-cawe" Pj Kepala Daerah

Nasional
Kejagung Kembali Sita Mobil Milik Harvey Moeis, Kini Lexus dan Vellfire

Kejagung Kembali Sita Mobil Milik Harvey Moeis, Kini Lexus dan Vellfire

Nasional
Yusril Harap 'Amicus Curiae' Megawati Tak Dianggap Tekanan Politik ke MK

Yusril Harap "Amicus Curiae" Megawati Tak Dianggap Tekanan Politik ke MK

Nasional
Soal Peluang Rekonsiliasi, PDI-P: Kami Belum Bisa Menerima Perlakuan Pak Jokowi dan Keluarga

Soal Peluang Rekonsiliasi, PDI-P: Kami Belum Bisa Menerima Perlakuan Pak Jokowi dan Keluarga

Nasional
IKN Teken Kerja Sama Pembangunan Kota dengan Kota Brasilia

IKN Teken Kerja Sama Pembangunan Kota dengan Kota Brasilia

Nasional
Yusril Sebut 'Amicus Curiae' Megawati Harusnya Tak Pengaruhi Putusan Hakim

Yusril Sebut "Amicus Curiae" Megawati Harusnya Tak Pengaruhi Putusan Hakim

Nasional
ICW Dorong Polda Metro Dalami Indikasi Firli Bahuri Minta Rp 50 M Ke SYL

ICW Dorong Polda Metro Dalami Indikasi Firli Bahuri Minta Rp 50 M Ke SYL

Nasional
Sertijab 4 Jabatan Strategis TNI: Marsda Khairil Lubis Resmi Jabat Pangkogabwilhan II

Sertijab 4 Jabatan Strategis TNI: Marsda Khairil Lubis Resmi Jabat Pangkogabwilhan II

Nasional
Hasto Beri Syarat Pertemuan Jokowi-Megawati, Relawan Joman: Sinisme Politik

Hasto Beri Syarat Pertemuan Jokowi-Megawati, Relawan Joman: Sinisme Politik

Nasional
Menerka Nasib 'Amicus Curiae' di Tangan Hakim MK

Menerka Nasib "Amicus Curiae" di Tangan Hakim MK

Nasional
Sudirman Said Akui Partai Koalisi Perubahan Tak Solid Lagi

Sudirman Said Akui Partai Koalisi Perubahan Tak Solid Lagi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com