JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Arief Budiman menyerukan kepada seluruh pemilih untuk tidak fokus hanya pada pemilihan presiden, tetapi juga pemilihan anggota legislatif (Pileg).
Hal itu dinilai menjadi tantangan penyelenggara Pemilu 2019 yang berskala besar.
"Pemilih harus memberikan perhatian kepada seluruh kandidat yang mengikuti Pemilu 2019. Jangan hanya fokus pada Pilpres, tapi Pilegnya juga," kata Arief saat menghadiri gelar wicara "Diplomatic Forum" dengan tema "Menciptakan Pemilu Serentak yang Berhasil" di Gedung RRI, Jakarta Pusat, Selasa (29/1/2019).
Arief mencontohkan, Indonesia bukan satu-satunya negara yang menggelar pemilu berskala besar.
Baca juga: Wiranto: Manfaatkan Pemilu 2019 sebagai Pesta Demokrasi, Bukan Ajang Konflik
Pada 2014, India telah menggelar pemilu berskala besar dengan 9 fase dan berlangsung lebih dari 1 bulan dengan melibatkan 800 juta pemilih.
"Beberapa negara juga menggelar pemilu berskala besar, seperi India. Ini pertama kali bagi Indonesia. Tantangannya bukan hanya pada kerumitan dari penyelenggaraan, melainkan juga mengajak pemilih mengambil hak suaranya," kata Arief.
Pasalnya, lanjut Arief, tantangan besarnya adalah mengajak pemilih yang totalnya 192 juta untuk mau datang ke tempat pemungutan suara (TPS).
"Pemilih harus menjadi bagian dari Pemilu 2019 dengan memberikan suara. Informasi mengenai profil seluruh kandidat yang mengikuti pemilu ada di laman dan aplikasi KPU, tapi banyak dari pemilih tidak mau mencari informasi itu karena tertutup oleh polemik pilpres di media sosial," kata dia.
Baca juga: Pesan Menko Polhukam untuk TNI-Polri Terkait Pemilu 2019
Sementara itu, Direktur Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Titi Anggraini menyebutkan, banyak dari pemilih yang tidak mengetahui bahwa Pemilu 2019 juga memilih calon anggota DPR, DPD, dan DPRD.
Ketidaktahuan tersebut terjadi karena informasi yang muncul di media massa maupun media nasional hanya soal Pilpres.
"Pemilih tidak mendapatkan informasi yang cukup tentang Pemilu 2019, siapa saja kandidatnya, apa programnya, dan sebagainya. Hal itu diperparah dengan adanya polarisasi pemilih dan edukasi pemilu yang minim," kata Titi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.