JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah setuju dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang menyebut pembangunan light rail transit (LRT) Jakarta-Bogor-Depok-Bekasi Fase I tak efisien. Salah satunya adalah karena LRT dibuat berdampingan dengan jalan tol.
"Saya sendiri lebih dulu dari Pak JK ngomongnya. Aneh itu menurut saya rel di atas LRT. Benar Pak JK bilang, kita nanti mau perlebar jalan tol enggak bisa lagi karena ada tiang di situ," ujar Fahri di kompleks parlemen, Jumat (25/1/2019).
Fahri mengatakan menggeser rel elevated tersebut akan membutuhkan biaya besar. Selain itu, dia menilai rel elevated itu terlalu tinggi dan cenderung berbahaya.
"Seram saya sih kayaknya takut naik itu. Kalau tinggi, jatuhnya bisa fatal itu," kata dia.
Baca juga: Dikritik JK Soal LRT Jabodebek, Ini Tanggapan Adhi Karya
Namun, sayangnya kritik Kalla dilakukan di ujung pemerintahan. Fahri menilai pernyataan Kalla bisa mempengaruhi elektabilitas calon presiden Joko Widodo pada Pemilihan Presiden 2019.
"Tetapi harus diakui bahwa pembangunan infrastruktur banyak misleading-nya dari awal. Banyak salah kalkulasi, salah penempatan, tekor lah," ujar Fahri.
Sebelumnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai pembangunan LRT kurang efisien lantaran berbiaya mahal dan letaknya bersebelahan dengan jalan tol.
Hal itu disampaikan Kalla saat berpidato di hadapan anggota Ikatan Nasional Konsultan Indonesia (Inkindo) di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Jumat (11/1/2019).
"Membangun LRT ke arah Bogor dengan elevated. Ya buat apa elevated kalau hanya berada di samping jalan tol? Dan biasanya light train itu tidak dibangun bersebelahan dengan jalan tol, harus terpisah," ujar Kalla.
PT Adhi Karya Tbk angkat bicara terkait kritikan itu. Direktur Operasional II Adhi Karya Pundjung Setya Brata mengatakan, harga LRT Jabodebek masih terbilang kompetitif ketimbang di negara lain.
Baca juga: Saat Pembangunan LRT Jabodebek Dikritik Wapres Kalla...
"Kalau bicara per kilometer Rp 500 miliar dibandingkan dengan MRT dan sebagainya, apalagi dibandingkan Singapura harga kita cukup kompetitif," ujar Pundjung di Jakarta, Senin (14/1/2019).
Pundjung menambahkan, masih banyak proyek pembangunan LRT di negara lain yang lebih mahal ketimbang LRT Jabodebek.
Di Filipina, lanjut Pundjung, biaya per kilometernya mencapai Rp 904 miliar, LRT Kelana Jaya di Malaysia sebesar Rp 807 miliar per km, LRT Lahore di Pakistan Rp 797 miliar per km, LRT Dubai di Uni Emirat Arab Rp 1.026 miliar per km, LRT Calgary di Kanada sebesar Rp 2.197 miliar per km, dan LRT Houston di Amerika Serikat sebesar Rp 688 miliar per km.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.