JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Presiden Jusuf Kalla menceritakan pengalamannya saat memaksa para kontraktor lokal membangun bandara.
Hal itu diceritakannya saat membuka acara Indonesia Development Business Summit New Constrution Oportunity di Hotel Kempinski, Jakarta, Selasa (22/1/2019).
Mulanya, Kalla kesal karena selama 70 tahun Indonesia merdeka, belum ada satu pun bandara yang dibangun oleh arsitek dan kontraktor dalam negeri. Hampir semua bandara di Indonesia dibangun oleh kontraktor luar negeri.
"Salah satu yang berhasil kita lakukan untuk menghilangkan ketergantungan, ialah membangun bandara. (Dulu) Semua bandara awalnya dibangun oleh kontraktor asing," ujar Kalla.
Baca juga: AP II Jajaki Kerja Sama dengan Swasta untuk Pengembangan Bandara Kualanamu
Ia pun mengeluhkan keheranannya karena saat itu masing-masing daerah selalu berupaya menonjolkan unsur budaya masing-masing dalam pembangunan bandara sehingga desain bandaranya tidak efisien.
"Padahal prinsip airport itu kalau mau pergi enak menunggu, kalau mau datang ingin cepat keluar sebab sudah capek di pesawat. Jadi saya bilang, saya mau bikin tapi tidak adat-adatan, kedua harus simple," kata Kalla.
"Ditanyalah oleh Menteri Perhubungan bagaiamana caranya Pak? Saya jawab, ya caranya sederhana, kirim orang ke luar negeri untuk melihat bagaimana membangun yang bagus-bagus itu. Pilihlah arsitek (dalam negeri), tidak boleh arsiteknya dari luar," lanjut dia.
Baca juga: AP 1 Dukung Penuntasan Korupsi Perluasan Bandara Sultan Hasanuddin
Saat itu pemerintah akhirnya memberangkatkan sejumlah arsitek dari Indonesia untuk mempelajari pembangunan bandara di sejumlah negara. Mereka menjalani studi banding di Jepang dan beberapa negara di Eropa.
Sepulang dari studi banding, para arsitek dan kontraktor lokal akhirnya memulai proses pembangunan bandara hingga selesai.
"Jadi bandara yang betul-betul buatan nasional, arsitek nasional, kontraktor nasional, itu pertama kali di Makassar (Sultan Hasanuddin). Masa kita sudah lama merdeka, masa tak ada bandara yang dibikin sendiri. Yang kedua di Medan (Kualanamu)," lanjut dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.