JAKARTA, KOMPAS.com - Juru bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Pasangan Jokowi-Ma'ruf, Lena Maryana Mukti, menjelaskan, contekan yang dibawa pasangan Jokowi-Ma’ruf adalah data berupa angka.
Ia menampik bahwa contekan yang dibawa itu merupakan jawaban berupa narasi kisi-kisi yang telah diberikan dari KPU.
“Sebenarnya bukan text book-nya, tapi yang dilihat itu (contekan) angka-angka, karena isu yang dibahas cukup banyak dan waktu sedemikian sempit,” ujar Lena saat ditemui di bilangan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (19/1/2019).
Baca juga: Joget, Pijatan, hingga Contekan, Ini 4 Hal Unik Debat Pilpres 2019
Diketahui dalam debat perdana Pilpres 2019 digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kamis (17/1/2019). Tema yang diangkat adalah hukum, HAM, terorisme, dan korupsi.
Lena menuturkan, pasangan Jokowi-Ma’ruf tentu saja memerlukan catatan berupa data-data untuk memperkuat penyampaian argumentasi di debat.
“Kita perlukan catatan angka, figur, bukan jawaban berupa narasi, naratif. Narasi datang dari pak Jokowi,” tutur Lena.
Baca juga: BPN Prabowo-Sandiaga Usul Capres-Cawapres Tak Usah Bawa Contekan Saat Debat
“Catatan (contekan) itu melihat angka sesungguhnya, misal saya ditanya soal pemberantasan korupsi, apa peraturan pemerintah dan instrumen apa yang sudah dilakukan. Ya kami karena waktu pendek, butuh catatan,” sambung Lena.
Lena juga mengatakan, pihaknya setuju bila setiap pasangan calon presiden dan calon wakil presiden tak diberi kisi-kisi saat debat pilpres selanjutnya. Pasalnya, menurut Lena, debat Pilpres merupakan jawaban yang spontan dari setiap kandidat.
“Kami sepakat saja (tak diberikan kisi-kisi) karena memang yang dibutuhkan jawaban spontanitas. Jawaban spontan dari kedua paslon, kemudian juga genuisitas dari paslon dan kedua paslon,” tutur Lena.
Baca juga: Dahnil Usul Debat Capres-Cawapres Selanjutnya Tak Diberi Kisi-kisi
Ia yakin, pasangan Jokowi-Ma’ruf memiliki pengalaman, sehingga siap untuk menghadapi debat berikutnya.
“Dari kami adalah orang yang sudah berpengalaman, Presiden Jokowi sudah dua kali periode menjadi walikota (Solo), setengah periode menjadi Gubernur DKI dan juga sudah menjadi 4 tahun menjadi presiden,” kata Lena.
“Juga kiai Ma’ruf Amin seorang kiai, berlatar belakang santri yang kuat, kemudian juga politisi memimpin umat melalui Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini adalah debat yang bukan menakutkan, tetapi debat bisa dipakai untuk menjelaskan program,” sambung Lena.