Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Arif Nurdiansah
Peneliti tata kelola pemerintahan

Peneliti tata kelola pemerintahan pada lembaga Kemitraan/Partnership (www.kemitraan.or.id).

Debat Capres-Cawapres untuk Siapa?

Kompas.com - 19/01/2019, 11:16 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SEDIKITNYA ada dua tujuan dilaksanakannya debat calon presiden dan wakil presiden 2019-2024.

Pertama, publik dapat melihat sejauh mana visi-misi pasangan nomor urut 01 Joko Widodo-Makruf Amin maupun nomor urut 02 Prabowo-Sandiaga Uno dalam rencananya memimpin Indonesia.

Kedua, menjadi referensi bagi swing voters, pemilih pemula untuk menentukan pilihannya.

Tujuan pertama mungkin terwujud. Indikatornya, jalan-jalan Jakarta bertambah macet pada 17 Januari 2019 karena rata-rata warga ingin pulang pada jam yang hampir bersamaan untuk menonton debat pertama Pemilihan Presiden 2019.

Acara nonton bareng juga dilaksanakan di beberapa titik. Dunia maya gegap gempita, debat capres viral. Warganet aktif berkomentar, membuat meme baik apresiasi maupun sindiran kepada masing-masing calon terkait jawaban serta pernyataan yang disampaikan.

Normatif

Harapan publik akan adanya pemaparan visi-misi dan rencana kedua pasangan calon (paslon) jika diberi amanah memimpin dalam konteks penegakan hukum, hak asasi manusia (HAM), korupsi, dan terorisme berakhir antiklimaks, kendati kisi-kisi pertanyaan sudah disampaikan jauh sebelum debat.

Publik justru disuguhi debat normatif, mengedepankan ego dan perasaan masing-masing kandidat, bahkan ada yang beranggapan bahwa ini layaknya obrolan biasa yang tidak jelas juntrungannya dengan biaya termahal.

Pada isu hukum, misalnya. Belum ada upaya konkret dari kedua calon terkait permasalahan hukum yang selama ini terjadi. Contohnya tumpang tindih aturan dan kewenangan serta semakin menguatnya tindakan pelanggaran hukum yang dilakukan oleh sebagian kelompok masyarakat yang akhir-akhir ini semakin menguat, preksekusi, dan intimidasi.

Justru yang muncul adalah ego. Misalnya pasangan Jokowi-Ma'ruf, yang menyindir lawannya dengan menggunakan kasus operasi plastik sebagai tindakan reaksioner.

Adapun Prabowo-Sandi merasa bahwa hukum berat sebelah, dengan menganalogikan kasus kepala desa di Jawa timur yang ditahan karena mendukungnya, sementara kepala daerah lain yang jelas mendukung Jokowi-Makruf lepas dari hukuman.

Publik dipaksa melihat seolah-olah penduduk Indonesia hanya terdiri dari dua kubu, pendukung 01 dan 02.

Padahal, kasus-kasus hukum yang terjadi di masyarakat lebih layak ditampilkan. Ambillah contoh kriminalisasi terhadap pejuang lingkungan, preksekusi atas nama agama dan golongan, diskriminasi terhadap pelaku tindak kejahatan yang masih melihat status sosial. Demikian pula kasus-kasus lain yang dialami oleh sebagian warga negara.

Harusnya publik disajikan bagaimana upaya-upaya pencegahan agar tindakan pelanggaran hukum, kriminalisasi, sehingga memberikan rasa aman bagi seluruh warga negara, bukan hanya golongannya.

Bagaimanapun, mereka akan menjadi Presiden Republik Indonesia, bukan hanya presiden bagi cebong (istilah untuk pendukung Jokowi-Ma'ruf) atau kampret (istilah untuk pendukung Prabowo-Sandi) saja.

Dari sisi pelanggaran HAM juga demikian. Alternatif solusi yang ditawarkan untuk menyelesaikan persoalan HAM masa lalu juga tidak konkret.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan 'Amicus Curiae' seperti Megawati

Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan "Amicus Curiae" seperti Megawati

Nasional
Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah 'Nyapres' Tidak Jadi Gubernur Jabar

Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah "Nyapres" Tidak Jadi Gubernur Jabar

Nasional
Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Nasional
Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Nasional
Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

Nasional
Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Nasional
Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Nasional
Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Nasional
Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited  Capai Rp 17,43 Miliar

Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited Capai Rp 17,43 Miliar

Nasional
KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

Nasional
Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Nasional
Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Nasional
Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com