Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gagasan soal Isu Terorisme Ini Dinilai Bisa Memenangkan Hati Publik

Kompas.com - 17/01/2019, 12:36 WIB
Reza Jurnaliston,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Peneliti dari the Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA) Harits Abu Ulya memberikan masukan kepada pasangan capres-cawapres yang sedang berkontestasi dalam Pemilu 2019 terkait penanganan terorisme ke depannya.

Harits menuturkan, penanganan terorisme perlu menggunakan pendekatan lunak atau soft approach yang substansinya adalah deradikalisasi. Program soft approach harus tepat sasaran, fokus kepada tahanan dan narapidana terorisme.

Baca juga: Ini Prediksi Gagasan 2 Kandidat soal Isu Terorisme dalam Debat Pertama

Ia berpendapat, program soft approach yang diterapkan ditengah-tengah masyarakat harus bisa menawarkan narasi yang minus akan salah paham.

“Harus mampu mengaborsi stigmatisasi atau labelisasi fenomena terorisme terkait dengan kelompok agama tertentu. Jika tidak, maka tawaran narasinya menjadi kontra produktif dan tidak akan mampu memenangkan hati publik,” kata Harits saat dihubungi, Kamis (17/1/2019).

Lalu, Harits menganjurkan, penanganan terorisme juga menggunakan pendekatan keras (hard approach) yakni proses penindakan hukum harus dipastikan berjalan sesuai dengan aturan serta tidak boleh ada tindakan yang melanggar HAM.

“Lebih penting lagi semua aksi penindakan bisa dipertanggung jawabkan secara hukum dan transparan serta akuntabel,” tutur Harits.

Baca juga: Yusril: Maruf Amin Akan Banyak Jawab Pertanyaan tentang Terorisme

Ia mencatat, dalam kurun waktu 10 tahun terakhir ada dugaan kekerasan terhadap aparat penegak hukum (polisi) kepada orang-orang yang divonis dengan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2018 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme.

Undang-undang tersebut merupakan payung hukum Polri untuk melakukan aksi pencegahan atau melakukan preemtive strike.

“Aksi over dari aparat keamanan (state terrorism) bisa berbalas aksi teror dari masyarakat sipil,” kata Harits.

Baca juga: Menuju Debat Perdana Pilpres 2019: HAM-Korupsi-Terorisme

Harits menambahkan, penguatan regulasi soal penanganan terorisme perlu diprioritaskan.

Ke depannya, kata Harits, pemerintah harus mampu memastikan semua upaya melawan terorisme itu sejalan dengan undang-undang yang ada.

“Di samping memastikan semuanya bisa dipertanggungjawabkan secara hukum di hadapan publik, transparan dan akuntabel,” ucap Harits.

Baca juga: Panelis Debat Tak Akan Singgung Kasus Terkait Hukum, HAM, Korupsi dan Terorisme

Harits menuturkan, akar terorisme bukan sekedar soal paham radikal yang dimiliki oleh semua pengikut agama.

Menurut dia, aparat pemerintah sebagai representasi negara harus hadir mewujudkan cita-cita dan tujuan dari masyarakat untuk mencapai keadilan dan kesejahteraan.

“Selama negara dengan aparat pemerintahannya hadir ditengah masyarakat mampu mewujudkan keadilan, kesejahteraan, sumber daya manusia yang berkualitas dengan sendirinya akan menjadi senjata yang paling efektif untuk mereduksi potensi-potensi terorisme,” ujar Harits.

Kompas TV Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah berharap calon presiden dan wakil presiden tidak sungkan dalam forum debat. Fahri menilai, tema debat perdana yakni hukum, HAM, korupsi, dan terorisme sangat penting, untuk melihat langkah tegas pasangan calon terhadap penegakan hukum. Fahri Hamzah pun berharap kedua pasangan calon untuk tampil apa adanya, tanpa ada basa-basi politik.<br /> <!--[if !supportLineBreakNewLine]--><br /> <!--[endif]-->
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Saksi Ungkap SYL Minta Kementan Bayarkan Kartu Kreditnya Rp 215 Juta

Saksi Ungkap SYL Minta Kementan Bayarkan Kartu Kreditnya Rp 215 Juta

Nasional
Saksi Sebut Bulanan untuk Istri SYL dari Kementan Rp 25-30 Juta

Saksi Sebut Bulanan untuk Istri SYL dari Kementan Rp 25-30 Juta

Nasional
Tata Kelola Dana Pensiun Bukit Asam Terus Diperkuat

Tata Kelola Dana Pensiun Bukit Asam Terus Diperkuat

Nasional
Nurul Ghufron Laporkan Albertina Ho, Jelang Disidang Dewas KPK Karena Masalah Etik

Nurul Ghufron Laporkan Albertina Ho, Jelang Disidang Dewas KPK Karena Masalah Etik

Nasional
Kejagung Diminta Segera Tuntaskan Dugaan Korupsi Komoditi Emas 2010-2022

Kejagung Diminta Segera Tuntaskan Dugaan Korupsi Komoditi Emas 2010-2022

Nasional
PKB-Nasdem-PKS Isyaratkan Gabung Prabowo, Pengamat: Kini Parpol Selamatkan Diri Masing-masing

PKB-Nasdem-PKS Isyaratkan Gabung Prabowo, Pengamat: Kini Parpol Selamatkan Diri Masing-masing

Nasional
Saksi Sebut Dokumen Pemeriksaan Saat Penyelidikan di KPK Bocor ke SYL

Saksi Sebut Dokumen Pemeriksaan Saat Penyelidikan di KPK Bocor ke SYL

Nasional
Laporkan Albertina ke Dewas KPK, Nurul Ghufron Dinilai Sedang Menghambat Proses Hukum

Laporkan Albertina ke Dewas KPK, Nurul Ghufron Dinilai Sedang Menghambat Proses Hukum

Nasional
TKN Sebut Pemerintahan Prabowo Tetap Butuh Oposisi: Katanya PDI-P 'Happy' di Zaman SBY...

TKN Sebut Pemerintahan Prabowo Tetap Butuh Oposisi: Katanya PDI-P "Happy" di Zaman SBY...

Nasional
KPK Belum Terima Salinan Resmi Putusan Kasasi yang Menang Lawan Eltinus Omaleng

KPK Belum Terima Salinan Resmi Putusan Kasasi yang Menang Lawan Eltinus Omaleng

Nasional
'Groundbreaking' IKN Tahap Keenam: Al Azhar, Sekolah Bina Bangsa, dan Pusat Riset Standford

"Groundbreaking" IKN Tahap Keenam: Al Azhar, Sekolah Bina Bangsa, dan Pusat Riset Standford

Nasional
Karpet Merah Parpol Pengusung Anies untuk Prabowo...

Karpet Merah Parpol Pengusung Anies untuk Prabowo...

Nasional
Cinta Lama Gerindra-PKB yang Bersemi Kembali

Cinta Lama Gerindra-PKB yang Bersemi Kembali

Nasional
PKB Beri Sinyal Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin Dinilai Ingin Amankan Kursi Ketum

PKB Beri Sinyal Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin Dinilai Ingin Amankan Kursi Ketum

Nasional
Jokowi Teken Keppres, Tunjuk Bahlil Jadi Ketua Satgas Percepatan Swasembada Gula

Jokowi Teken Keppres, Tunjuk Bahlil Jadi Ketua Satgas Percepatan Swasembada Gula

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com