JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai light rail transit (LRT) di luar kota semestinya tak perlu dibangun di jalur layang.
Menurut Kalla, lebih baik LRT di luar kota dibangun di atas tanah sebab biaya pembebasan lahannya lebih murah dibandingkan membangun jalur layang. Hal itu disampaikan Kalla menanggapi pembangunan LRT Jabodebek yang menurut dia terlalu mahal untuk rute luar Jakarta.
"Kalau LRT-nya di tengah kota, itu perlu elevated. Tapi kalau di luar kota, tidak perlu elevated karena lebih murah membebaskan lahan daripada membangunnya (jalur layang)," ujar Kalla saat ditemui di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Senin (14/1/2019).
Ia menilai pihak pembangun perlu meninjau apakah pembangunan LRT sudah efisien atau tidak dengan melihat lokasinya. Jika lokasinya berada di wilayah padat penduduk, sudah semestinya menggunakan jalur layang karena biaya pembebasan lahan yang besar.
"(Jadi) itu tergantung di mana LRT-nya itu," lanjut dia.
Baca juga: Dikritik JK Soal LRT Jabodebek, Ini Tanggapan Adhi Karya
Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai pembangunan light rail transit (LRT) kurang efisien lantaran berbiaya mahal dan letaknya bersebelahan dengan jalan tol.
Hal itu disampaikan Kalla saat berpidato di hadapan anggota Ikatan Nasional Konsultan Indonesia (Inkindo) di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Jumat (11/1/2019).
"Membangun LRT ke arah Bogor dengan elevated. Ya buat apa elevated kalau hanya berada di samping jalan tol? Dan biasanya light train itu tidak dibangun bersebelahan dengan jalan tol, harus terpisah," ujar Kalla.
Baca juga: Alasan Adhi Karya Bangun LRT Jabodebek Layang
Sebelumnya Kalla menilai pembangunan light rail transit (LRT) kurang efisien lantaran berbiaya mahal dan letaknya bersebelahan dengan jalan tol.
Hal itu disampaikan Kalla saat berpidato di hadapan anggota Ikatan Nasional Konsultan Indonesia (Inkindo) di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Jumat (11/1/2019).
"Membangun LRT ke arah Bogor dengan elevated. Ya buat apa elevated kalau hanya berada di samping jalan tol? Dan biasanya light train itu tidak dibangun bersebelahan dengan jalan tol, harus terpisah," ujar Kalla.
"Tapi bangunnya gitu. Itu kemungkinan, siapa konsultan yang memimpin ini sehingga biayanya Rp 500 miliar per kilometer? Kapan kembalinya kalau dihitungnya seperti itu?" lanjut Kalla.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.