JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Dewan Pengarah Badan Pemenangan Nasional (BPN) pasangan calon presiden dan calon wakil presiden Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Fadli Zon berpendapat, banyak lembaga survei yang tidak akurat dalam merilis hasil survei.
Hal ini dia sampaikan ketika ditanya mengenai hasil survei Indikator mengenai elektabilitas capres dan cawapres.
Berdasarkan survei Indikator, elektabilias Jokowi-Ma'ruf 54,9 persen, sementara Prabowo-Sandiaga 34,8 persen.
Baca juga: Fadli Zon: Saya Kira Lebih Hebat Dukun daripada Lembaga Survei
Menurut Fadli, pengalaman dalam pilkada menunjukan hasil survei sering meleset.
"Kalau lihat dalam Pilkada Jabar misalnya Sudrajat-Syaikhu (dalam survei) 6-7 persen tapi (hasilnya) 29 persen, begitu juga di Jateng Pak Sudirman (Sudirman Said) 10 persen tapi ternyata 42 persen," ujar Fadli di kompleks parlemen, Rabu (9/1/2019).
"Jadi harusnya mereka ini malu yah lembaga-lembaga survei ini karena mereka gagal-gagal terus. Kalau di luar negeri sudah membubarkan diri," tambah dia.
Baca juga: Survei Indikator: Jokowi-Ma’ruf Amin 54,9 Persen, Prabowo-Sandiaga 34,8 Persen
Lebih jauh, terkait integritas, Fadli mengatakan seharusnya lembaga survei mengumumkan sumber pendanaan mereka. Selain itu, dia menilai mesti ada regulasi yang mengatur keberadaan dan operasional lembaga survei.
Fadli juga tidak setuju dengan hasil survei Indikator yang menyebut pasangan Prabowo-Sandiaga belum mengungguli Jokowi-Ma'ruf.
Menurut dia, sudah tidak ada undecided voters dalam Pemilihan Presiden 2019 ini. "Karena mereka ini juga sudah mendukung Pak Prabowo," kata dia.