Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat: Kampanye Tak Berkualitas, Satire Politik Nurhadi-Aldo Muncul

Kompas.com - 09/01/2019, 12:44 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Bayu Galih

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Kampanye untuk Pemilihan Legislatif dan Pemilihan Presiden 2019 sudah dimulai sejak 23 September 2018. Meski sudah berjalan lebih dari tiga bulan, para calon anggota legislatif (caleg) dan calon presiden-calon wakil presiden (capres-cawapres) belum menawarkan ide segar.

Saat ini yang bersebaran di media sosial malah debat kusir, serangan politik, isu hoaks, hingga fitnah.

Menurut pengamat politik Center for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes, kondisi politik saat ini menjadi penyebab munculnya satire politik, seperti capres-cawapres fiktif Nurhadi-Aldo dari Koalisi Indonesia Tronjal Tronjol Maha Asyik.

"Dalam tiga bulan kampanye ini kita sebagai publik belum melihat perang ide antar-calon dan timses, yang mengemuka adalah soal debat-debat diksi politik, seperti 'sontoloyo', 'muka Boyolali', dan lain-lain. Selain itu juga mengemuka hoaks politik dan agama," kata Arya kepada Kompas.com, Selasa (8/1/2019).

Baca juga: Nurhadi-Aldo Dinilai sebagai Kreativitas, Bukan Gerakan Kemuakan Politik

Menurut Arya, sindiran kreatif yang memanfaatkan Nurhadi-Aldo juga merupakan ketidakpuasan publik terhadap kampanye konvensional yang dilakukan saat ini oleh para kandidat.

"Guyonan capres 'alternatif' tersebut adalah ungkapan keinginan publik agar kandidat dan tim menyodorkan kampanye yang berkualitas," kata Arya

"Harusnya kedua kubu melihat adanya kecenderungan masyarakat tidak antusias dengan model kampanye selama ini," tuturnya.

Debat capres-cawapres jilid 1 yang akan diselenggarakan pada 17 Januari 2019, disebut Arya sebagai ajang untuk para kandidat beserta timnya menyuguhkan kampanye politik yang lebih bernas dan berkualitas.

"Nah debat akan jadi momentum untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat. Kita berharap dalam debat nanti kedua kubu bisa menyajikan hal yg baru yang edukasi untuk pemilih," ujar Arya.

Baca juga: Pengamat: Nurhadi-Aldo Tak Sebabkan Golput di Kalangan Pemilih Muda

Arya melihat antusiasme masyarakat untuk terlibat dan berpartisipasi dalam kampanye politik sebenarnya tinggi. Namun, ada hal-hal yang  tertentu yang membuat mereka enggan terlibat lebih jauh.

"Hal-hal yang tidak berhubungan dnegan kepentingan publik secara umum dan rentan kampanye hitam antarkandidat menyebabkan masyarakat tidak bersedia terlibat dalam kampanye yang penuh aura negatif," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polri Terbitkan Red Notice 2 Buron TPPO Bermodus Magang ke Jerman

Polri Terbitkan Red Notice 2 Buron TPPO Bermodus Magang ke Jerman

Nasional
Surya Paloh Bakal Temui Prabowo di Kertanegara, Nasdem: Menguatkan Sinyal Komunikasi

Surya Paloh Bakal Temui Prabowo di Kertanegara, Nasdem: Menguatkan Sinyal Komunikasi

Nasional
Temui Mensesneg Pratikno, Menpan-RB Anas Bahas Progres Skenario Pemindahan ASN ke IKN

Temui Mensesneg Pratikno, Menpan-RB Anas Bahas Progres Skenario Pemindahan ASN ke IKN

Nasional
Jokowi Teken Perpres, Wajibkan Pemda Bentuk Unit Perlindungan Perempuan dan Anak

Jokowi Teken Perpres, Wajibkan Pemda Bentuk Unit Perlindungan Perempuan dan Anak

Nasional
Politikus PPP Sebut Ada Kemungkinan Parpolnya Gabung Koalisi Prabowo-Gibran

Politikus PPP Sebut Ada Kemungkinan Parpolnya Gabung Koalisi Prabowo-Gibran

Nasional
Ini Status Perkawinan Prabowo dan Titiek Soeharto

Ini Status Perkawinan Prabowo dan Titiek Soeharto

Nasional
Bersikukuh Rampas Aset Rafael Alun, Jaksa KPK Ajukan Kasasi ke Mahkamah Agung

Bersikukuh Rampas Aset Rafael Alun, Jaksa KPK Ajukan Kasasi ke Mahkamah Agung

Nasional
Pengamat Sebut Kemungkinan Prabowo Gandeng PDI-P Masih Terbuka, Ganjalannya Hanya Jokowi

Pengamat Sebut Kemungkinan Prabowo Gandeng PDI-P Masih Terbuka, Ganjalannya Hanya Jokowi

Nasional
Obituari Tumbu Saraswati, Politikus Senior PDI-P Sekaligus Pendiri TPDI

Obituari Tumbu Saraswati, Politikus Senior PDI-P Sekaligus Pendiri TPDI

Nasional
Wakil Ketua KPK Bantah Serang Balik Dewas dengan Laporkan Albertina Ho

Wakil Ketua KPK Bantah Serang Balik Dewas dengan Laporkan Albertina Ho

Nasional
Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

Nasional
JK Puji Prabowo Mau Rangkul Banyak Pihak, tapi Ingatkan Harus Ada Oposisi

JK Puji Prabowo Mau Rangkul Banyak Pihak, tapi Ingatkan Harus Ada Oposisi

Nasional
Mantan Anak Buah SYL Mengaku Dipecat Lantaran Tolak Bayar Kartu Kredit Pakai Dana Kementan

Mantan Anak Buah SYL Mengaku Dipecat Lantaran Tolak Bayar Kartu Kredit Pakai Dana Kementan

Nasional
Beri Selamat ke Prabowo-Gibran, JK: Kita Terima Kenyataan yang Ada

Beri Selamat ke Prabowo-Gibran, JK: Kita Terima Kenyataan yang Ada

Nasional
DPR Bakal Kaji Ulang Desain Pemilu Serentak karena Dianggap Tak Efisien

DPR Bakal Kaji Ulang Desain Pemilu Serentak karena Dianggap Tak Efisien

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com