JAKARTA, KOMPAS.com - Satuan Tugas (Satgas) Tinombala Polda Sulawesi Tengah mengejar 10 anggota Mujahidin Indonesia Timur (MIT) di Poso, Sulteng, pimpinan Ali Kalora.
Jumlah ini bertambah tiga orang, dari sebelumnya 7 orang.
“Jumlah mereka (buronan kelompok Ali Kalora) 10 orang, nanti tunggu update dari Polda Sulteng,” ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Humas Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo saat dihubungi, Kamis (3/1/2019).
Awalnya, tujuh orang yang diburu polisi adalah Ali Kalora alias Ali Ahmad, Qatar alias Farel, Abu Alim, Kholid, M Faisal alis Namnung, Nae alias Galuh, dan Basir alias Romzi.
Sementara, identitas tiga orang lainnya, Dedi belum bisa menyebutkannya.
Baca juga: Polri Imbau Ali Kalora dan Anggota Kelompoknya Menyerahkan Diri
Selama ini, kelompok Ali Kalora cs bertahan dengan teknik gerilya di sekitar pegunungan Poso.
li Kalora adalah pemimpin Mujahidin Indonesia Timur setelah pemimpin utamanya, Santoso, tewas tertembak dan orang keduanya, Basri, tertangkap.
Dedi mengatakan, anggota kelompok ini bersenjatakan tiga senjata api rakitan yang terdiri dari dua senjata api laras panjang dan sebuah senjata api laras pendek, serta sejumlah senjata tajam.
Saat ini, Satgas Tinombala saat ini memperluas daerah pengejaran kelompok MIT pimpinan Ali Kalora.
“Satgas Tinombala sudah memiliki pola pengejaran, selain fokus di Poso, juga tentunya pelarian mereka di Parigi Moutong menjadi titik pengejaran Satgas,” kata Dedi.
Baca juga: Polisi Kejar 7 Anggota Kelompok MIT Ali Kalora
Dalam pengejaran ini, Polda Sulteng mengerahkan dua satuan setingkat peleton (SST) atau 120 personel Brimob.
Pasukan ini akan membantu Polres Parigi Moutong. Pengejaran dilakukan menyusul penembakan terhadap dua polisi yang tengah membawa jenazah korban mutilasi di Dusun Salubose, Desa Salubanga, Kecamatan Sausu, Kabupaten Parigi Moutong (Parimo), Sulawesi Tengah.
Dedi mengatakan, kepolisian juga melakukan pendekatan lunak kepada para keluarga anggota MIT.
Pendekatan lunak bertujuan untuk mencegah penyebaran paham radikal kepada masyarakat sekitar.
“Untuk pendekatan soft approach (pendekatan lunak) dengan pihak keluarga Ali Kalora atau orang asli Poso, simpatisan dari pihak keluarga dan tetangga dengan memberikan pemahaman-pemahaman pendekatan agama dengan melibatkan tokoh-tokoh agama,” kata Dedi.
Baca juga: Polri Kerahkan 60 Brimob Buru Kelompok Ali Kalora
“Mengubah paham radikal menjadi tidak radikal dan pendekatan kesejahteraan bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk memberikan lapangan pekerjaan,” lanjut dia.
Sebelumnya, aparat yang tengah membawa jenazah RB alias A (34), warga sipil korban mutilasi di kawasan Desa Salubanga, Sausu, Parimo, Sulteng, ditembaki sekelompok orang bersenjata yang diduga kelompok Ali Kalora, pada 31 Desember 2018.
Penembakan dilakukan saat salah seorang petugas hendak menyingkirkan kayu dan ranting pohon yang menghalangi jalan.
Kontak tembak aparat dengan kelompok teroris tak terhindarkan sehingga menyebabkan dua petugas yakni Bripka Andrew dan Bripda Baso, terluka.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.