JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, menjadi tantangan untuk Indonesia ke depannya mengembangkan sistem peringatan dini tsunami yang dibangkitkan oleh longsoran bawah laut dan erupsi gunung api.
Sebab, sampai sekarang, belum ada sistem peringatan dini tsunami yang dibangkitkan kedua fenomena alam tersebut.
Saat ini, baru ada sistem peringatan dini tsunami yang dibangkitkan oleh gempa bumi tektonik. Itu pun, banyak yang sudah tidak dapat berfungsi karena rusak.
Baca juga: Tidak Ada yang Mengira Erupsi Anak Krakatau Malam Itu Picu Tsunami
Tidak adanya sistem peringatan dini tsunami yang dibangkitkan oleh longsoran bawah laut dan erupsi gunung api dapat menjadi ancaman masyarakat.
Sebab, warga di sekitar laut dan gunung api tak bisa melakukan evakuasi jika terjadi ancaman tsunami yang disebabkan oleh dua fenomena ini.
Apalagi, tsunami yang dibangkitkan oleh longsoran bawah laut dan erupsi gunung api dapat tidak menunjukan ciri-ciri yang sama denga tsunami akibat gempa bumi tektonik, yaitu surutnya air laut sebelum terjadi gelombang yang tinggi.
"Kita memiliki 127 gunung api aktif, 13 persen populasi gunung api aktif dunia ada di Indonesia yang berpotensi juga menimbulkan tsunami," kata Sutopo di kantor BNPB, Utan Kayu, Jakarta Timur, Selasa (25/12/2018).
Baca juga: BNPB: Gunung Anak Krakatau Tetap Berstatus Waspada
Tidak adanya sistem peringatan dini tsunami yang dibangkitkan oleh longsoran bawah laut dan erupsi gunung api menyebabkan masyarakat di sekitaran Selat Sunda tak dapat mengevakuasi diri mereka saat tsunami terjadi karena letusan Gunung Anak Krakatau, Sabtu (22/12/2018) malam.
Akibat tsunami tersebut, BNPB mencatat, hingga Selasa (25/12/2018) pukul 13.00, jumlah korban meninggal dunia meningkat menjadi 429 orang.
Jumlah itu meliputi korban di 5 kabupaten, yaitu Kabupaten Serang, Pandeglang, Lampung Selatan, Pesawaran, dan Tanggamus.
Selain korban meninggal, tercatat 1.485 orang luka-luka, 154 orang hilang. BNPB juga mencatat, ada 16.802 orang yang mengungsi di sejumlah daerah.
Jumlah tersebut masih sangat mungkin bertambah seiring dengan proses evakuasi yang masih terus dilakukan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.