Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sandiaga: Sri Mulyani Butuh Pemimpin yang Tegas seperti Prabowo

Kompas.com - 17/12/2018, 23:32 WIB
Kristian Erdianto,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Calon wakil presiden nomor urut 02 Sandiaga Uno yakin Menteri Keuangan Sri Mulyani mengetahui langkah-langkah yang harus diambil terkait defisitnya neraca perdagangan Indonesia.

Neraca perdagangan pada November 2018 mengalami defisit 2,05 miliar dollar AS. Setelah bulan lalu defisit 1,77 miliar dollar. Defisit neraca perdagangan tersebut merupakan yang tertinggi sepanjang Januari hingga November 2018.

Sebelumnya defisit terbesar neraca dagang RI pada 2018 terjadi pada Juli dengan defisit 2 miliar dollar.

Baca juga: Terbesar Selama 2018, Neraca Perdagangan RI Defisit 2,05 Miliar Dollar AS

Kendati demikian, kata Sandiaga, langkah Sri Mulyani perlu didukung oleh kepemimpinan yang kuat dan tegas.

"Bu Sri Mulyani sudah tahu, dia sudah tahu. Tapi Bu Sri Mulyani perlu pemerintahan yang kuat, perlu pemerintahan dan kepemimpinan yang tegas seperti Pak Prabowo untuk menjalankannya," ujar Sandiaga saat ditemui di Hotel Grand Cempaka, Jakarta Pusat, Senin (17/12/2018).

Menurut Sandiaga, sektor ekonomi Indonesia akan menguat jika Indonesia dipimpin oleh sosok pemimpin yang tegas seperti Prabowo. Ia menilai saat ini perlu ada reformasi struktural dalam memperbaiki kondisi perekonomian.

Baca juga: Neraca Perdagangan Jeblok, Pemerintah Dinilai Kurang Antisipasi

Selain itu, kata Sandiaga, kepemimpinan yang tegas akan menghindarkan kebijakan ekonomi berubah-ubah dan tergantung pada kepentingan politik tertentu.

"Kalau Pak Prabowo itu jadi bosnya Sri Mulyani, reformasi struktural itu akan jalan, karena butuh kepemimpinam yang kuat dengan pola kepemimpinan yang tegas," kata Sandiaga.

"Enggak gampang diubah-ubah karena tentunya kepentingan-kepentingan yang non-struktural dan kepentingan politik terutama. Ini yang harus menjadi landasan kita," tuturnya.

Defisit terbesar sepanjang 2018

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani menilai, defisit neraca perdagangan yang tembus 2,05 miliar dollar AS pada November 2018 disebabkan faktor eksternal.

Defisit neraca perdagangan tersebut merupakan defisit terbesar sepanjang 2018. Sebelumnya, defisit terbesar terjadi pada Juli 2018, yakni mencapai 2 miliar dollar AS.

"Faktor ekonomi luar dari sisi ekspor akan menjadi tantangan, beberapa komoditas kita atau pasar untuk mengekspor harus kita lihat dengan sangat hati-hati," ujarnya di Jakarta, Senin (17/12/2018).

Selama ini, China merupakan mitra dagang terbesar Indonesia. Mayoritas komoditas ekspor Indonesia dikirim ke China. Oleh karena itu, pelemahan ekonomi China dinilai akan memengaruhi permintaan ekspor produk Indonesia.

Sementara itu, kata Sri Mulyani, pasar-pasar baru untuk ekspor produk Indonesia menyerap ekspor sangat terbatas. Hal ini akibat adanya pelemahan permintaan lantaran kondisi ekonomi global yang tak pasti.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal Perpanjangan Kontrak Shin Tae-yong, Menpora: Prinsipnya Kami Ikuti PSSI

Soal Perpanjangan Kontrak Shin Tae-yong, Menpora: Prinsipnya Kami Ikuti PSSI

Nasional
Soal Potensi Jadi Ketum Golkar, Bahlil: Belum, Kita Lihat Saja Prosesnya

Soal Potensi Jadi Ketum Golkar, Bahlil: Belum, Kita Lihat Saja Prosesnya

Nasional
Tanggal 31 Maret Memperingati Hari Apa?

Tanggal 31 Maret Memperingati Hari Apa?

Nasional
Bawaslu Akui Tak Proses Laporan Pelanggaran Jokowi Bagikan Bansos dan Umpatan Prabowo

Bawaslu Akui Tak Proses Laporan Pelanggaran Jokowi Bagikan Bansos dan Umpatan Prabowo

Nasional
Soal Usulan 4 Menteri Dihadirkan di Sidang MK, Kubu Prabowo-Gibran: Kami 'Fine-fine' saja, tapi...

Soal Usulan 4 Menteri Dihadirkan di Sidang MK, Kubu Prabowo-Gibran: Kami "Fine-fine" saja, tapi...

Nasional
e-Katalog Disempurnakan LKPP, Menpan-RB Sebut Belanja Produk Dalam Negeri Jadi Indikator RB

e-Katalog Disempurnakan LKPP, Menpan-RB Sebut Belanja Produk Dalam Negeri Jadi Indikator RB

Nasional
Menteri PDI-P dan Nasdem Tak Hadiri Buka Puasa Bersama Jokowi, Menkominfo: Lagi Ada Tugas di Daerah

Menteri PDI-P dan Nasdem Tak Hadiri Buka Puasa Bersama Jokowi, Menkominfo: Lagi Ada Tugas di Daerah

Nasional
MK Buka Kans 4 Menteri Jokowi Dihadirkan dalam Sidang Sengketa Pilpres

MK Buka Kans 4 Menteri Jokowi Dihadirkan dalam Sidang Sengketa Pilpres

Nasional
Kubu Ganjar-Mahfud Minta MK Hadirkan Sri Mulyani dan Risma di Sidang Sengketa Pilpres

Kubu Ganjar-Mahfud Minta MK Hadirkan Sri Mulyani dan Risma di Sidang Sengketa Pilpres

Nasional
4 Jenderal Bagikan Takjil di Jalan, Polri: Wujud Mendekatkan Diri ke Masyarakat

4 Jenderal Bagikan Takjil di Jalan, Polri: Wujud Mendekatkan Diri ke Masyarakat

Nasional
Berkelakar, Gus Miftah: Saya Curiga Bahlil Jadi Menteri Bukan karena Prestasi, tetapi Lucu

Berkelakar, Gus Miftah: Saya Curiga Bahlil Jadi Menteri Bukan karena Prestasi, tetapi Lucu

Nasional
Dua Menteri PDI-P Tak Hadiri Bukber Bareng Jokowi, Azwar Anas Sebut Tak Terkait Politik

Dua Menteri PDI-P Tak Hadiri Bukber Bareng Jokowi, Azwar Anas Sebut Tak Terkait Politik

Nasional
Tak Cuma Demokrat, Airlangga Ungkap Banyak Kader Golkar Siap Tempati Posisi Menteri

Tak Cuma Demokrat, Airlangga Ungkap Banyak Kader Golkar Siap Tempati Posisi Menteri

Nasional
Menko Polhukam Pastikan Pengamanan Rangkaian Perayaan Paskah di Indonesia

Menko Polhukam Pastikan Pengamanan Rangkaian Perayaan Paskah di Indonesia

Nasional
Enam Menteri Jokowi, Ketua DPR, Ketua MPR, dan Kapolri Belum Lapor LHKPN

Enam Menteri Jokowi, Ketua DPR, Ketua MPR, dan Kapolri Belum Lapor LHKPN

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com