Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Binmas Noken Sebut KKB Mendoktrin Anak-anak di Papua

Kompas.com - 12/12/2018, 07:22 WIB
Reza Jurnaliston,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kasatgas Binmas Noken Kombes Eko Rudi Sudarto menuturkan, salah satu penyebab gerakan separatis yang sulit diberantas di Papua karena adanya trauma dari warga di daerah konflik di provinsi itu.

Eko mengungkapkan, Polri sebisa mungkin menjalankan program penyembuhan trauma atau trauma healing bagi keluarga korban yang terdampak konflik di Papua. 

Menurut Eko, trauma healing menjadi penting, lantaran dia dan tim menemukan sejumlah hal yang menjadi bibit gerakan separatis. 

Menurut Eko, anak-anak di wilayah konflik sering berinteraksi dengan kelompok bersenjata. Bahkan tak jarang kelompok itu menyampaikan doktrin kepada anak-anak.

Baca juga: Tahun Depan, Program Binmas Noken Polri Sasar Wilayah Nduga dan Tolikara

“Kami sering temui anak-anak di kawasan konflik dan sering bertanya tentang cita-cita mereka, ada yang kami temukan menjawab ingin jadi OPM (Organisasi Papua Merdeka),” tutur Eko saat ditemui di Hotel Diradja, Jakarta Selatan, Selasa (11/12/2018).

Eko mengatakan, anak-anak tersebut mengidolakan anggota kelompok kriminal bersenjata. 

"Kata mereka, 'kita ingin seperti kakak-kakak itu pegang senjata, jalan-jalan, tembak-tembak, punya uang banyak'," kata Eko. 

Menurut Eko, timnya akan terus menjalankan program trauma healing, terutama kepada anak-anak. Namun, jumlah personel yang terbatas menjadi kendala. 

“Karena tenaga kita sangat terbatas kita siapkan model trauma healingnya seperti apa, agar tim yang lain juga bisa melakukan trauma healing,” kata Eko.

Eko berharap, dapat bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat untuk membantu memulihkan masyarakat yang terkena dampak tindak kekerasan kelompok bersenjata maupun penindakan aparat.

Untuk saat ini, personel yang tergabung dalam Satgas Binmas Noken Polri berjumlah 45 orang untuk sembilan Kabupaten di Papua.

Sembilan titik daerah itu yakni di Kabupetan Mimika, Jayawijaya, Lanny Jaya, Yahukimo, Pegunungan Bintang, Nabire, Paniai, Puncak, dan Puncak Jaya.

Eko mengatakan, program trauma healing juga akan masuk untuk membantu memulihkan trauma anak-anak di Kabupaten Nduga.

Diketahui, Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua menjadi wilayah “merah” setelah adanya pembantaian terhadap pekerja PT Istaka Karya yang tengah mengerjakan proyek TransPapua.

Diberitakan sebelumnya, peneliti senior untuk isu Papua, Adriana Elisabeth, menyebut, belum ada upaya yang signifikan dari pemerintah untuk memberikan trauma healing atau penyembuhan trauma kepada keluarga korban pelanggaran HAM di Papua.

Hal itu, menjadi persoalan yang sangat mendasar yang harus diselesaikan oleh pemerintah.

Baca juga: 9 Bulan Operasi Nemangkawi, Polri Bangun 30 Peternakan di Papua

Hal itu disampaikan Adriana dalam diskusi "4 Tahun Paniai Berdarah, Janji Jokowi, dan Kondisi HAM dan Keamanan Terkini di Papua", di kantor Amnesty International, Jakarta Pusat, Jumat (7/12/2018).

"Ada persoalan dalam konflik HAM di Papua yang sangat mendasar yang merupakan dampak berulang, yaitu korban konflik mengalami trauma," kata mantan Kepala Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) itu.

"Namun, belum ada program khusus dari pemerintah untuk menangani para korban yang mengalami trauma," sambungnya.

Kompas TV Salah satu pekerja proyek Trans-Papua yang selamattiba di Bandara Soekarno-Hatta,Tangerang, Banten. Kedatangan Irawan Maulana dikawal Brimob Polda Jawa Barat untuk diserahkan kepada keluarga.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Proses di PTUN Masih Berjalan, PDI-P Minta KPU Tunda Penetapan Prabowo-Gibran

Proses di PTUN Masih Berjalan, PDI-P Minta KPU Tunda Penetapan Prabowo-Gibran

Nasional
DKPP Verifikasi Aduan Dugaan Ketua KPU Goda Anggota PPLN

DKPP Verifikasi Aduan Dugaan Ketua KPU Goda Anggota PPLN

Nasional
Kasus Eddy Hiariej Dinilai Mandek, ICW Minta Pimpinan KPK Panggil Jajaran Kedeputian Penindakan

Kasus Eddy Hiariej Dinilai Mandek, ICW Minta Pimpinan KPK Panggil Jajaran Kedeputian Penindakan

Nasional
KPU Undang Jokowi Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran Besok

KPU Undang Jokowi Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran Besok

Nasional
Cak Imin Mengaku Belum Dapat Undangan KPU untuk Penetapan Prabowo-Gibran

Cak Imin Mengaku Belum Dapat Undangan KPU untuk Penetapan Prabowo-Gibran

Nasional
Tentara AS Meninggal Saat Tinjau Tempat Latihan Super Garuda Shield di Hutan Karawang

Tentara AS Meninggal Saat Tinjau Tempat Latihan Super Garuda Shield di Hutan Karawang

Nasional
DKPP Terima 200 Aduan Pelanggaran Etik Penyelenggara Pemilu Selama 4 Bulan Terakhir

DKPP Terima 200 Aduan Pelanggaran Etik Penyelenggara Pemilu Selama 4 Bulan Terakhir

Nasional
Nasdem-PKB Sepakat Tutup Buku Lama, Buka Lembaran Baru

Nasdem-PKB Sepakat Tutup Buku Lama, Buka Lembaran Baru

Nasional
Tentara AS Hilang di Hutan Karawang, Ditemukan Meninggal Dunia

Tentara AS Hilang di Hutan Karawang, Ditemukan Meninggal Dunia

Nasional
Lihat Sikap Megawati, Ketua DPP Prediksi PDI-P Bakal di Luar Pemerintahan Prabowo

Lihat Sikap Megawati, Ketua DPP Prediksi PDI-P Bakal di Luar Pemerintahan Prabowo

Nasional
PDI-P Harap Pilkada 2024 Adil, Tanpa 'Abuse of Power'

PDI-P Harap Pilkada 2024 Adil, Tanpa "Abuse of Power"

Nasional
PKS Belum Tentukan Langkah Politik, Jadi Koalisi atau Oposisi Pemerintahan Prabowo-Gibran

PKS Belum Tentukan Langkah Politik, Jadi Koalisi atau Oposisi Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
KPK Duga Biaya Distribusi APD Saat Covid-19 Terlalu Mahal

KPK Duga Biaya Distribusi APD Saat Covid-19 Terlalu Mahal

Nasional
Anggap Jokowi dan Gibran Masa Lalu, PDI-P: Enggak Perlu Kembalikan KTA

Anggap Jokowi dan Gibran Masa Lalu, PDI-P: Enggak Perlu Kembalikan KTA

Nasional
Naik Kereta Cepat, Ma'ruf Amin Kunjungan Kerja ke Bandung

Naik Kereta Cepat, Ma'ruf Amin Kunjungan Kerja ke Bandung

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com