Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Munawir Aziz
Sekretaris PCI Nahdlatul Ulama United Kingdom, Penulis Sejumlah Buku

Sekretaris PCI Nahdlatul Ulama United Kingdom, menulis buku Bapak Tionghoa Nusantara: Gus Dur, Politik Minoritas dan Strategi Kebudayaan (Kompas, 2020) dan Melawan Antisemitisme (forthcoming, 2020).

Bulan Gus Dur, Merindu Sang Guru Bangsa

Kompas.com - 08/12/2018, 08:29 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
MESKI telah hampir sembilan tahun KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) wafat, namanya terus dikenang dan diperbincangkan. Dalam berbagai forum, Gus Dur masih sering disebut-sebut baik oleh peneliti, pakar, maupun mahasiswa.
 
Gus Dur juga disebut-sebut di angkringan, warung kopi, kafe, dan ruang-ruang perbincangan. Gus Dur ada dimana-mana.
 
Desember, oleh pengikut KH Abdurrahman Wahid sering disebut "Bulan Gus Dur". Para pengagum, pengikut, dan komunitas-komunitas yang peduli dengan sumbangsih Gus Dur mengadakan pelbagai agenda, untuk menggali semangat baru dari sosok Guru Bangsa.
 
Meski secara fisik sudah meninggalkan kita semua—melewati kehidupan dunia—, Gus Dur seolah masih berada di sisi kita semua, di antara lautan manusia dalam kehidupan bangsa kita. Gus Dur seolah menyimak kita sambil tertawa.
 
Kita memang memiliki banyak sekali tokoh besar dalam sekujur sejarah kehidupan bangsa. Kita mengenal Soekarno, Hatta, Sjahrir, Tan Malaka, Kiai Wahid Hasyim, Ki Bagus Hadikusumo, dan segenap penggerak perjuangan. Kita memiliki pahlawan dan pejuang pada masing-masing era. 
 
Kita mengenal nama-nama yang menjadi tonggak sejarah. Kontribusi dan pengabdian mereka untuk bangsa luar biasa. Mereka menuliskan sejarah hidupnya dengan tangis, darah, keringat, pekikan, kesakitan, rintihan, dan doa-doa yang tak pernah luntur. Sejarah perjuangan bangsa Indonesia luar biasa besar, hingga kita harus merasa malu jika kita merusak kesatuan ini. 
 
Namun, kita mengenal Gus Dur dengan cara yang berbeda. Kita memaknai Gus Dur dengan masing-masing peristiwa, pelbagai cara pandang yang berbeda. Gus Dur bisa didekati dari beragam sudut pandang, dianalisa dari berbagai perspektif yang multimakna. 
 
Gus Dur dan Indonesia kini
 
Sudah sembilan tahun Gus Dur tiada di bumi Indonesia, tapi kita merasa rindu dengan sosoknya, kiprahnya, kontribusinya. Betapa kebesaran Gus Dur melintasi zaman, melintasi generasi. 
 
Dari berbagai kisah, kita mengenal sekian banyak pengabdian Gus Dur. Semakin hari ada peristiwa-peristiwa, ada kisah-kisah yang menjelaskan sentuhan Gus Dur, kiprah beliau untuk kemanusiaan. Gus Dur bisa akrab dengan tukang becak, petani, nelayan, pengemis, dan sekian macam orang yang hidup sederhana. 
 
Namun, Gus Dur juga leluasa berkomunikasi, termasuk berbagi lelucon dengan kepala negara. Kisah-kisah Gus Dur berdiplomasi dengan pemimpin dan tokoh agama lintas negara dengan mudah kita temukan, dari Israel hingga Amerika, dari China hingga India. Gus Dur melintasi peristiwa, mengarungi tanda-tanda. 
 
Di tengah pelbagai dinamika politik, kita mengingat Gus Dur sebagai sumber hikmah, mata air ilmu bagi kita semua untuk mengais makna. Ungkapan-ungkapan Gus Dur yang pada masa beliau dianggap kontroversial, sekarang ini satu persatu menemukan pembenarannya. 
 
Juga, di tengah pertarungan simbol-simbol agama sebagai modal politik, di tengah lautan fitnah dan hoaks, bangsa ini terapung-apung mencari mercusuar. Kita meraba-raba mencari tanda untuk menunjuk arah masa depan bangsa Indonesia. 
 
Generasi muda Indonesia perlu mencatat ulang, menggali kiprah, sekaligus meneruskan gagasan-gagasan Gus Dur yang belum selesai. Pada beberapa isu, Gus Dur telah memberi fondasi, menemukan titik pijak.
 
Generasi muda dan penerus bangsa ini dapat meneruskan dengan mengambil saripati gagasannya sekaligus menyempurnakannya dalam konteks saat ini dan masa mendatang. Karena, setiap zaman memiliki tantangan. Setiap generasi mempunyai hal-hal yang perlu diperjuangkan.
 
Kita sekarang sedang hidup pada post-truth era, masa pasca-kebenaran, di mana kebencian-kebencian menyeruak. Di antara kebimbangan-kebimbangan, di tengah perang kebencian, kita perlu sejenak mengais hikmah dari kitab kehidupan bernama "Gus Dur". Karena, dari seluruh pemikiran, sikap dan kontribusi Gus Dur, kita menemukan keindahan: cinta.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ini Status Perkawinan Prabowo dan Titiek Soeharto

Ini Status Perkawinan Prabowo dan Titiek Soeharto

Nasional
Bersikukuh Rampas Aset Rafael Alun, Jaksa KPK Ajukan Kasasi ke Mahkamah Agung

Bersikukuh Rampas Aset Rafael Alun, Jaksa KPK Ajukan Kasasi ke Mahkamah Agung

Nasional
Pengamat Sebut Kemungkinan Prabowo Gandeng PDI-P Masih Terbuka, Ganjalannya Hanya Jokowi

Pengamat Sebut Kemungkinan Prabowo Gandeng PDI-P Masih Terbuka, Ganjalannya Hanya Jokowi

Nasional
Obituari Tumbu Saraswati, Politikus Senior PDI-P Sekaligus Pendiri TPDI

Obituari Tumbu Saraswati, Politikus Senior PDI-P Sekaligus Pendiri TPDI

Nasional
Wakil Ketua KPK Bantah Serang Balik Dewas dengan Laporkan Albertina Ho

Wakil Ketua KPK Bantah Serang Balik Dewas dengan Laporkan Albertina Ho

Nasional
Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

Nasional
JK Puji Prabowo Mau Rangkul Banyak Pihak, tapi Ingatkan Harus Ada Oposisi

JK Puji Prabowo Mau Rangkul Banyak Pihak, tapi Ingatkan Harus Ada Oposisi

Nasional
Mantan Anak Buah SYL Mengaku Dipecat Lantaran Tolak Bayar Kartu Kredit Pakai Dana Kementan

Mantan Anak Buah SYL Mengaku Dipecat Lantaran Tolak Bayar Kartu Kredit Pakai Dana Kementan

Nasional
Beri Selamat ke Prabowo-Gibran, JK: Kita Terima Kenyataan yang Ada

Beri Selamat ke Prabowo-Gibran, JK: Kita Terima Kenyataan yang Ada

Nasional
DPR Bakal Kaji Ulang Desain Pemilu Serentak karena Dianggap Tak Efisien

DPR Bakal Kaji Ulang Desain Pemilu Serentak karena Dianggap Tak Efisien

Nasional
Komisi II Sebut 'Presidential Threshold' Jadi Target Rencana Revisi UU Pemilu

Komisi II Sebut "Presidential Threshold" Jadi Target Rencana Revisi UU Pemilu

Nasional
Nyanyi 'Pertemuan' di Depan Titiek Soeharto, Prabowo: Sudah Presiden Terpilih, Harus Tepuk Tangan walau Suara Jelek

Nyanyi "Pertemuan" di Depan Titiek Soeharto, Prabowo: Sudah Presiden Terpilih, Harus Tepuk Tangan walau Suara Jelek

Nasional
Fraksi Golkar Bakal Dalami Usulan Hakim MK soal RUU Pemilu dan Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Fraksi Golkar Bakal Dalami Usulan Hakim MK soal RUU Pemilu dan Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Nasional
Politikus Senior PDI-P Tumbu Saraswati Meninggal Dunia, Penghormatan Terakhir di Sekolah Partai

Politikus Senior PDI-P Tumbu Saraswati Meninggal Dunia, Penghormatan Terakhir di Sekolah Partai

Nasional
Bubar Jalan dan Merapat ke Prabowo, Koalisi Perubahan Dinilai Hanya Jual Gimik Narasi Kritis

Bubar Jalan dan Merapat ke Prabowo, Koalisi Perubahan Dinilai Hanya Jual Gimik Narasi Kritis

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com