JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko memastikan pembangunan infrastruktur di seluruh lokasi di Papua tetap berjalan pascapembantaian sejumlah pekerja proyek jembatan di distrik Yigi, Nduga, Papua.
"Pembangunan harus tetap berjalan. Pemerintahan Jokowi ingin meratakan pembangunan di Papua, tidak mengenal situasi. Untuk itu, walaupun diganggu, pemerintah tetap jalan karena ini kebutuhan masyarakat Papua," kata Moeldoko di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (5/12/2018).
Baca juga: Menhan: Tidak Ada Negosiasi, Menyerah atau Diselesaikan
Moeldoko berharap, para kontraktor yang saat ini tengah menggarap proyek infrastruktur di Papua tidak gentar.
Ia memastikan pemerintah terus berupaya meningkatkan keamanan di wilayah-wilayah rawan di Papua.
Menurut dia, TNI/Polri sudah mengirim 154 personel gabungan untuk memulihkan situasi.
Mereka akan ditempatkan untuk mengawal sejumlah proyek yang rawan serangan dari kelompok bersenjata.
"Di daerah-daerah yang ternyata tidak aman, maka perusahaan-perusahaan atau BUMN yang sedang bekerja harus perlu pengawalan TNI-Polri, agar pembangunan tetap berjalan baik," kata dia.
Baca juga: Pengakuan Korban Selamat Pembantaian Pekerja di Nduga Papua, 19 Orang Dipastikan Dibunuh
Moeldoko menegaskan, infrastruktur di Papua sangat diperlukan untuk membuka isolasi serta meningkatkan kesejahteraan hingga keamanan di wilayah itu.
"Harapannya kesejahteraan meningkat, keamanan juga akan berubah. Ini kan prosperity dan security, dua mata uang," kata dia
Sebelumnya, sekelompok orang bersenjata membantai para pekerja proyek PT Istaka Karya yang terjadi di Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua.
Diduga, sebanyak 31 orang tewas. Saat itu, para pekerja sedang melakukan pembangunan jembatan di Kali Yigi-Kali Aurak, Kabupaten Nduga.
Informasi yang diterima dari berbagai sumber, para pekerja pembangunan jembatan itu diduga dibunuh lantaran mengambil foto pada saat perayaan HUT Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka (TPN/OPM) oleh KKB tak jauh dari lokasi kejadian.
Saat salah satu pekerja mengambil foto, hal itu kemudian diketahui oleh kelompok KKB.
Hal itu membuat mereka marah dan mencari orang yang mengambil foto hingga berimbas kepada pekerja lainnya yang ada di kamp pembangunan jembatan.