JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Komisi I Andreas Hugo Pareira menilai, pembunuhan 31 pekerja pembangunan jalan di Kali Yigi-Kali Aurak, Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua, Minggu (2/12/2018), bukan tindakan kriminal biasa.
Menurut Andreas, peristiwa tersebut merupakan bentuk terhadap teror terhadap negara.
"Kejadian penembakan terhadap 31 warga sipil pekerja PT Istaka Karya adalah tindakan keji sebagai bentuk perlawanan terhadap NKRI," ujar Andreas kepada Kompas.com, Selasa (4/12/2018).
Baca juga: Ini Nama 12 Warga Sipil yang Dievakuasi dari Nduga
"Ini bukan merupakan tindakan kriminal biasa. Ini adalah teror terhadap negara," ucap politisi dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) itu.
Andreas mengatakan, negara harus dengan kekuatan penuh untuk melindungi warga negaranya.
Baik Polri maupun TNI, kata Andreas, harus bahu membahu menjaga keamanan wilayah dan melindungi keselamatan warga negara, khususnya yang tengah menjalankan tugas negara di bidang pembangunan.
"Para pekerja tersebut sedang menjalankan misi pembangunan di Papua, mereka adalah anak-anak bangsa yang sedang menjalankan tugas membangun negeri, membangun Papua," tuturnya.
Baca juga: Komisi I Berencana Panggil TNI soal Peristiwa di Nduga
Agar kejadian serupa tidak terulang, Andreas berpendapat bahwa proyek pembangunan di Papua, terutama di daerah pedalaman, harus ditangani secara khusus.
"Bukan hanya masalah teknis pembangunan fisik, tetapi perlu diikuti dengan pendekatan-pendekatan kultural dan keamanan agar kejadian di Distrik Yigi, Kabupaten Nduga ini tidak berulang," kata Andreas.
Sebelumnya diberitakan, pembunuhan sadis diduga dilakukan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di wilayah Nduga, Papua, terhadap 31 pekerja pembangunan jalan.
Baca juga: Terkait Pembantaian di Nduga, 14 Proyek Jembatan Dihentikan Sementara
Sebanyak 31 orang tersebut merupakan pekerja BUMN PT Istaka Karya. Mereka bekerja untuk membuka isolasi di wilayah pegunungan tengah.
Lokasinya jauh dari ibukota Nduga dan Kabupaten Jayawijaya yang terdekat dari wilayah pembangunan jembatan.
Informasi yang diterima dari berbagai sumber, para pekerja pembangunan jembatan itu diduga dibunuh lantaran mengambil foto pada saat perayaan HUT Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka (TPN/OPM) oleh KKB tak jauh dari lokasi kejadian.
Baca juga: Pembantaian 31 Pekerja di Nduga, Polri Minta Masyarakat Tidak Cemas
Saat salah satu pekerja mengambil foto, hal itu kemudian diketahui oleh kelompok KKB.
Hal itu membuat mereka marah dan mencari orang yang mengambil foto hingga berimbas kepada pekerja lainnya yang ada di kamp pembangunan jembatan.
Kapolres Jayawijaya AKBP Yan Pieter Reba membenarkan informasi itu. Dikatakannya, kalau salah satu pekerja mengambil foto pada saat kelompok ini melakukan upacara.
Menurut Reba, 24 orang dibunuh di kamp.
Baca juga: Anggota TNI yang Gugur di Nduga karena Serangan KKB Belum Bisa Dievakuasi
Lalu 8 orang yang sebelumnya berhasil menyelamatkan diri ke salah satu rumah keluarga anggota DPRD setempat, saat ini 7 orang di antara mereka juga sudah meninggal dunia dan 1 orang berhasil melarikan diri.
Terkait informasi ini, ungkap Reba, pihaknya tengah berkoordinasi dengan TNI untuk melakukan evakuasi terhadap para korban.