Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Kasus Beda Pilihan di Pilpres Berujung Maut, Ini Kata Sandiaga

Kompas.com - 30/11/2018, 15:27 WIB
Reza Jurnaliston,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Calon wakil Presiden nomor urut 02 Sandiaga Uno menyayangkan adanya aksi pembunuhan yang terjadi di Kabupaten Sampang, Jawa Timur, lantaran dipicu beda pilihan pasangan capres dan cawapres pada pemilu presiden.

Sandiaga mengatakan, berbeda pilihan dalam pemilu tidak boleh membuat hubungan antarwarga menjadi renggang.

“Hidup ini senda gurau sebetulnya, hidup ini harus kita yakini bahwa semuanya sudah tertulis di Lauful Mahfuz. Jadi buat apa masyarakat saling gontok-gontokan,” kata Sandiaga saat ditemui di daerah Kapuk, Jakarta Barat, Jumat (30/11/2018).

Sandiaga menuturkan, pihaknya selalu menekankan kepada timnya selalu mengedepankan persatuan dan kesatuan saat berkampanye.

“Saya selalu bilang kalau kampanye harus damai, menjaga Ukhuwah kita, Islamiyah dan Wathoniyah,” kata Sandiaga.

Menurut Sandi, beda pilihan kandidat dalam Pilpres 2019 adalah hal biasa. Ia meminta, perbedaan pilihan dalam Pemilu 2019 jangan disikapi negatif.

“Mari kita justru gunakan perbedaan kita ini untuk membangun Indonesia yang lebih baik,” kata Sandiaga.

“Kalau kita komitmen dengan kampanye damai, sejuk, kita harus turunkan tensi politik kita , jangan saling memprovokasi, itu harapan kita ke depan,” sambung Sandiaga.

Diberitakan sebelumnya, aksi saling menantang terkait pilpres di media sosial Facebook berujung duel di Kabupaten Sampang, Jawa Timur.

Subaidi, tukang gigi, tewas setelah tubuhnya ditembus peluru panas dengan pistol rakitan Andika, pelaku.

Pada Rabu (21/11/2018) siang, korban warga Desa Tamberu Timur, Kecamatan Sokobanah, Kabupaten Sampang, batal mendatangi pasiennya di Desa Sukobanah Laok.

Di tengah jalan, dia bertemu pelaku, pria pemilik akun Facebook yang menantang guru korban lewat komentar di status Facebook.

Keduanya pun terlibat duel. Korban membawa senjata tajam dan pelaku membawa pistol rakitan.

Akhir cerita, pelaku menembak dada korban hingga tembus ke punggung. Korban pun tewas.

Baca juga: Kronologi Duel Maut gara-gara Pilpres di Sampang

"Dalam hitungan jam, Polres Sampang berhasil membekuk pelaku," kata Kabid Humas Polda Jawa Timur Kombes Frans Barung Mangera, Sabtu (24/11/2018).

Sebelumnya, guru korban sempat mengunggah foto dengan memegang senjata tajam. Foto tersebut dilengkapi status yang menantang pendukung salah satu calon presiden.

Kemudian status guru korban dibalas oleh akun Facebook atas nama Idris Afandi Afandi yang diduga milik pelaku dengan komentar bernada siap menghadapi tantangan itu.

Kompas TV Motif pembunuhan seorang perawat gigi di Kabupaten Sampang, Jawa Timur terungkap. Korban diduga ditembak hingga tewas karena masalah status soal Pilpres 2019 di media sosial. Pelaku penembakan ditangkap Tim Reskrim Polres Sampang, Jawa Timur di kediamannya di Kecamatan Sokobanah, Sampang, Jawa Timur. Kepada polisi pelaku mengaku kesal dengan unggahan korban yang juga anggota panitia pemungutan suara atau PPS soal Pilpres 2019. Dari tangan pelaku polisi menyita pistol rakitan yang digunakan untuk menembak korban. Polisi juga menyita sepeda motor yang digunakan korban saat bertemu dengan pelaku.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pakar: 'Amicus Curiae' untuk Sengketa Pilpres Fenomena Baru

Pakar: "Amicus Curiae" untuk Sengketa Pilpres Fenomena Baru

Nasional
Densus 88 Polri Kembali Tangkap 1 Teroris Jaringan JI di Sulteng, Totalnya Jadi 8

Densus 88 Polri Kembali Tangkap 1 Teroris Jaringan JI di Sulteng, Totalnya Jadi 8

Nasional
Yusril Tertawa Ceritakan Saksi Ganjar-Mahfud Bawa Beras 5 Kg untuk Buktikan Politisasi Bansos

Yusril Tertawa Ceritakan Saksi Ganjar-Mahfud Bawa Beras 5 Kg untuk Buktikan Politisasi Bansos

Nasional
Jelang Putusan Sengketa Pilpres, Karangan Bunga Bernada Sindiran Muncul di MK

Jelang Putusan Sengketa Pilpres, Karangan Bunga Bernada Sindiran Muncul di MK

Nasional
Yusril Akui Sebut Putusan 90 Problematik dan Cacat Hukum, tapi Pencalonan Gibran Tetap Sah

Yusril Akui Sebut Putusan 90 Problematik dan Cacat Hukum, tapi Pencalonan Gibran Tetap Sah

Nasional
Bukan Peserta Pilpres, Megawati Dinilai Berhak Kirim 'Amicus Curiae' ke MK

Bukan Peserta Pilpres, Megawati Dinilai Berhak Kirim "Amicus Curiae" ke MK

Nasional
Perwakilan Ulama Madura dan Jatim Kirim 'Amicus Curiae' ke MK

Perwakilan Ulama Madura dan Jatim Kirim "Amicus Curiae" ke MK

Nasional
PPP Tak Lolos ke DPR karena Salah Arah Saat Dukung Ganjar?

PPP Tak Lolos ke DPR karena Salah Arah Saat Dukung Ganjar?

Nasional
Kubu Prabowo Sebut 'Amicus Curiae' Megawati soal Kecurangan TSM Pilpres Sudah Terbantahkan

Kubu Prabowo Sebut "Amicus Curiae" Megawati soal Kecurangan TSM Pilpres Sudah Terbantahkan

Nasional
BMKG Minta Otoritas Penerbangan Waspada Dampak Erupsi Gunung Ruang

BMKG Minta Otoritas Penerbangan Waspada Dampak Erupsi Gunung Ruang

Nasional
Demokrat Tak Resisten jika Prabowo Ajak Parpol di Luar Koalisi Gabung Pemerintahan ke Depan

Demokrat Tak Resisten jika Prabowo Ajak Parpol di Luar Koalisi Gabung Pemerintahan ke Depan

Nasional
Kubu Prabowo-Gibran Yakin Gugatan Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud Ditolak MK

Kubu Prabowo-Gibran Yakin Gugatan Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud Ditolak MK

Nasional
Aktivis Barikade 98 Ajukan 'Amicus Curiae', Minta MK Putuskan Pemilu Ulang

Aktivis Barikade 98 Ajukan "Amicus Curiae", Minta MK Putuskan Pemilu Ulang

Nasional
Kepala Daerah Mutasi Pejabat Jelang Pilkada 2024 Bisa Dipenjara dan Denda

Kepala Daerah Mutasi Pejabat Jelang Pilkada 2024 Bisa Dipenjara dan Denda

Nasional
KPK Panggil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor sebagai Tersangka Hari Ini

KPK Panggil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor sebagai Tersangka Hari Ini

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com