JAKARTA, KOMPAS.com - Juru bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Irma Suryani Chaniago menilai pemilihan diksi yang digunakan calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo seperti "sontoloyo", "Genderuwo", hingga "nabok" adalah bahasa rakyat.
"Saya kira diksi yang digunakan Jokowi adalah bahasa rakyat. Bicara dengan rakyat ya harus menggunakan bahasa rakyat," kata Irma ditemui di posko pemenangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin, Jakarta, Senin (26/11/2018).
Penggunaan diksi Jokowi kembali heboh kala dirinya merespons JD, orang yang menuding dirinya anggota Partai Komunis Indonesia (PKI). Menurut Jokowi, proses hukum bagi JD bentuk "tabok".
"Ya itu yang namanya menabok, ya itu, menabok dengan proses hukum," ucap Jokowi saat berkunjung ke Lampung, Sumatera Selatan, Sabtu (24/11/2018).
Baca juga: 5 Berita Populer: Yusril Tantang Prabowo Sumpah Pocong dan Tabokan Jokowi
Maka dari itu, bagi Irma, Jokowi paham betul bagaimana berbicara dengan rakyat dari beragam pekerjaan, mulai dari buruh, akademisi, dan sebagainya.
Politisi Partai Nasional Demokrat (Nasdem) ini juga menegaskan, Jokowi tidak pernah mengelompokan rakyat dengan penggunaan bahasa yang ia lontarkan.
"Jadi pernah ada tudingan kalau bahasa Jokowi itu tidak berkelas. Emangnya rakyat Indonesia ini ada kelas-kelasnya?" geramnya.
Justru, lanjut Irma, rakyat Indonesia itu tidak pernah dikelompokan hanya berdasarkan penggunaan bahasanya. Maka dari itu, ia menampik jika Jokowi hanya mencari sensasi saja.
"Itu bahasa raykat. Nah ini yang akan selalu disampaikan Jokowi ke masyarakat secara baik," ungkapnya kemudian.
Sebelumnya, ada juga istilah "politik sontoloyo" yang digunakan Jokowi untuk memprotes para politisi yang tak beretika dalam berpolitik. Adapun "politisi Genderuwo" yang menyebarkan propaganda untuk menakuti rakyat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.