Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anggota Komisi I Nilai BIN Tak Perlu Jubir

Kompas.com - 22/11/2018, 16:30 WIB
Jessi Carina,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Komisi I DPR Effendi Simbolon mengingatkan posisi Badan Intelijen Negara (BIN) bukan untuk menyampaikan informasi kepada publik.

Effendi mengatakan, informasi yang dimiliki BIN dikhususkan hanya untuk presiden.

Hal ini dia sampaikan untuk mengkritik informasi intelijen yang beredar di masyarakar. Salah satunya soal masjid yang terpapar radikalisme.

"Kami coba juga memberikan masukan ke BIN agar jangan berkedudukan atau berposisi sebagai lembaga atau institusi negara yang lainnya. Kaya public expose gitu," ujar Effendi di kompleks parlemen, Kamis (21/11/2018).

Baca juga: BIN: 7 Perguruan Tinggi Negeri Terpapar Paham Radikal

Effendi mengatakan, rapat Komisi I yang melibatkan BIN selalu digelar tertutup. Sebab informasi yang disampaikan dalam rapat belum bisa menjadi konsumsi masyarakat. Effendi mengatakan, informasi awal dari BIN biasanya masih mentah.

Politisi PDI-P ini menuturkan, masyarakat seharusnya tidak menerima informasi yang masih mentah. Menurut Effendi, masyarakat harusnya menerima informasi dalam bentuk kebijakan pemerintah.

Sementara BIN menyampaikan informasi kepada Presiden, kemudian Presiden bersama para menteri menggodok informasi tersebut untuk menelurkan kebijakan.

Effendi pun menilai internal BIN harus dievaluasi, khususnya terkait posisi juru bicara. 

"Saya harap kepala BIN juga menata itu. Jadi tidak usah ada jubir, tidak perlu. Karena ketika dia mempublikasikan (informasi intelijen) dan itu tidak tuntas, ya jadi seperti ini," kata Effendi.

Baca juga: Penjelasan BIN soal 41 Masjid di Lingkungan Pemerintah Terpapar Radikalisme

Sebelumnya, Juru Bicara Kepala BIN Wawan Hari Purwanto mengungkapkan, temuan soal 41 masjid di lingkungan pemerintah yang terpapar radikalisme.

Selain itu, Wawan juga menyampaikan informasi terkait adanya tujuh perguruan tinggi negeri (PTN) yang terpapar radikalisme.

Kompas TV Sebelumnya Badan Intelijen Negara (BIN) mencatat 41 dari 100 masjid di lingkungan Kementerian, lembaga dan BUMN terpapar paham radikal, 17 di antaranya berada dalam kategori berat. Hingga kini pola penyebaran radikalisme yang dilakukan berupa ujaran kebencian hingga pemotongan ayat ayat suci Al Quran untuk kepentingan tertentu.<br />
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Nasional
Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Nasional
Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Nasional
KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

Nasional
Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Nasional
Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Nasional
Minta MK Urai Persoalan pada Pilpres 2024, Sukidi: Seperti Disuarakan Megawati

Minta MK Urai Persoalan pada Pilpres 2024, Sukidi: Seperti Disuarakan Megawati

Nasional
PPATK Bakal Tindaklanjuti Informasi Jokowi soal Indikasi Pencucian Uang lewat Aset Kripto Rp 139 Triliun

PPATK Bakal Tindaklanjuti Informasi Jokowi soal Indikasi Pencucian Uang lewat Aset Kripto Rp 139 Triliun

Nasional
Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Koarmada I Siapkan KRI Halasan untuk Tembak Rudal Exocet

Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Koarmada I Siapkan KRI Halasan untuk Tembak Rudal Exocet

Nasional
Yusril: Tak Ada Bukti Kuat Kubu Prabowo-Gibran Curang di Pilpres 2024

Yusril: Tak Ada Bukti Kuat Kubu Prabowo-Gibran Curang di Pilpres 2024

Nasional
Hakim MK Diminta Selamatkan Konstitusi lewat Putusan Sengketa Pilpres 2024

Hakim MK Diminta Selamatkan Konstitusi lewat Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
MK Bakal Unggah Dokumen 'Amicus Curiae' agar Bisa Diakses Publik

MK Bakal Unggah Dokumen "Amicus Curiae" agar Bisa Diakses Publik

Nasional
PSI Punya 180 Anggota DPRD, Kaesang: Modal Baik untuk Pilkada

PSI Punya 180 Anggota DPRD, Kaesang: Modal Baik untuk Pilkada

Nasional
Polri Sebut 8 Teroris yang Ditangkap di Sulteng Pernah Latihan Paramiliter di Poso

Polri Sebut 8 Teroris yang Ditangkap di Sulteng Pernah Latihan Paramiliter di Poso

Nasional
MK Kirim Surat Panggilan untuk Hadiri Pembacaan Putusan Sengketa Pilpres 2024

MK Kirim Surat Panggilan untuk Hadiri Pembacaan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com