JAKARTA, KOMPAS.com - Maria Catarina Sumarsih (66) tak juga menyerah memperjuangkan keadilan bagi Bernardinus Realino Norman Irawan atau Wawan.
Wawan adalah putra Sumarsih yang menjadi korban tragedi Semanggi 1. Mahasiswa Universitas Katolik Atmajaya Jakarta itu gugur setelah tertembus peluru yang diduga berasal dari senjata aparat pada 13 November 1998 atau 20 tahun lalu.
Selama 20 tahun pula Sumarsih tak henti-hentinya berharap pada pemerintah untuk mengungkap dan menuntaskan kasus kematian anaknya.
Sudah empat kali presiden berganti, Sumarsih merasa anaknya belum juga mendapat keadilan.
Sumarsih mengungkapkan, kegigihannya karena didasari rasa cinta kepada anaknya.
"Relasi cinta itu tidak bisa diputus oleh kematian, itu yang menyemangati saya," ujarnya saat ditemui di Kantor KontraS, Jakarta Pusat, Rabu (14/11/2018).
Selain itu, Aksi Kamisan yang rutin dilaksanakan tiap pekan di seberang Istana Merdeka juga menjadi sumber lain yang menggolorakan semangatnya.
Sumarsih mengatakan, melalui aksi tersebut, ia memiliki kesempatan bertemu banyak orang. Dari situ ia menjadi bersemangat, ditambah dengan dukungan dari keluarga korban lainnya.
Baca juga: 20 Tahun Tragedi Semanggi I, Keluarga Korban Desak Penuntasan Kasus Secara Hukum
Apalagi, ketika ada murid sekolah atau orang awam menghadiri aksi tersebut untuk belajar mengenai Hak Asasi Manusia (HAM).
"Ketika mereka datang mau belajar soal HAM itu bagus sekali, ini ada manfaatnya yang saya lakukan," terang dia.
Penyemangat lain bagi dirinya adalah masyarakat, melalui publikasi, misalnya disertasi atau artikel.
"Disertasi dan artikel tentang Aksi Kamisan, pengakuan masyarakat yang benar-benar menyemangati saya," ungkapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.