JAKARTA, KOMPAS.com - Sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, Hasto Kristiyanto, menyindir sikap calon presiden dan wakil presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, yang telah beberapa kali meminta maaf.
Menurut Hasto, hal itu menandakan Prabowo-Sandiaga tidak bersikap hati-hati sebelum melakukan sesuatu. Dia menilai sikap itu tidak mencerminkan seorang pemimpin.
"Pemimpin itu visioner, pemimpin itu melayani, pemimpin itu desainer, pemimpin itu punya tanggung jawab, pemimpin itu tidak grusa-grusu, tidak sebentar-sebentar minta maaf," ujar Hasto di Posko Cemara, Rabu (14/11/2018).
Baca juga: Tim Jokowi-Maruf: Satu Setengah Bulan Kampanye, Prabowo-Sandi Sudah 3 Kali Minta Maaf
Hasto pun menyinggung pesan calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo soal hijrah. Dia mengatakan Jokowi telah mengajak untuk hijrah dari hal kurang baik menuju hal baik.
Pada masa Pemilihan Presiden ini, Hasto mengatakan karakter pemimpin bisa dijadikan acuan masyarakat untuk menentukan pilihan. Hasto pun menilai Jokowi telah menunjukan sikap pemimpin yang mampu memberikan teladan bagi masyarakat.
Sementara itu, dia mengingatkan Prabowo-Sandiaga untuk lebih berhati-hati.
"Apa yang terjadi dengan permintaan maaf yang dilakukan berulang kali oleh Pak Prabowo dan Pak Sandi sebaiknya jangan terjadi lagi dengan memanfaatkan karakter dan kultur rakyat Indonesia yang pemaaf," ujar Hasto.
TKN Jokowi-Ma'ruf menyoroti permintaan maaf yang sudah dilakukan Prabowo-Sandiaga sebanyak tiga kali. Permintaan maaf pertama adalah ketika aktivis Ratna Sarumpaet terbukti berbohong soal memar di wajahnya. Prabowo meminta maaf karena ikut menyebarkan kabar yang tidak benar itu.
Prabowo mengaku mengaku tergesa-gesa dalam menyikapi dan merasa telah ikut menyuarakan sesuatu yang belum dipastikan kebenarannya.
Permintaan maaf kedua adalah soal polemik tampang Boyolali. Prabowo meminta maaf jika ada yang tersinggung dengan ucapannya itu.
Permintaan maaf ketiga datang dari Sandiaga Uno. Sandiaga meminta maaf atas keributan akibat tindakannya melangkahi makam pendiri Nahdlatul Ulama.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.