Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Politik Saling Sindir Berpotensi Bikin "Swing Voters" Jenuh dan Apatis

Kompas.com - 14/11/2018, 12:54 WIB
Dylan Aprialdo Rachman,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraini berpendapat, sikap saling menyindir pada kampanye pilpres bisa membuat pemilih mengambang atau swing voters menjadi jenuh, bahkan bisa apatis. 

"Saya khawatir mereka (pemilih mengambang) makin antipati ya terhadap proses pemilu. Jangan lupa, tahun 2014 itu angka pengguna hak pilih atau voter turnout itu menurun loh di pilpres dibandingkan pileg. Pileg waktu itu 75 persen, pilpres hanya 70 persen," kata Titi kepada Kompas.com, Rabu (14/11/2018).

"Nah itu tidak lepas dari kegamangan atau keengganan mereka terhadap proses yang berlangsung. Mereka merasa tidak cukup terwakili, apalagi ruang publiknya diisi sentimen yang menyerang secara tidak substantif," lanjut Titi.

Baca juga: Wapres Kalla Sebut Saling Sindir di Kampanye Sekarang Masih Kondusif

Para pemilih mengambang, kata dia, harusnya ditawari gagasan dan program berbasis argumentasi serta data yang kuat. Hal itu guna memastikan mereka semakin antusias dan kritis dalam menentukan pilihannya.

"Jangan sampai kemudian apatisme, kejenuhan, dan rasa jengah terhadap pilpres berpengaruh terhadap partisipasi di pileg yang justru akan berdampak buruk bagi kontrol publik pada proses politik. Padahal, pileg juga sama pentingnya. Kita harus memastikan juga kan wakil rakyat yang betul-betul baik," paparnya.

Di sisi lain, Titi berharap agar kedua kubu segera mengesampingkan sindiran dan kritik yang tak substansial. Ia juga mengingatkan, tim pemenangan bertanggung jawab menjadikan kampanye sebagai ajang pendidikan politk.

Jika praktik saling sindir dibiarkan, ia khawatir akan menciptakan pemilu yang tak sehat.

Baca juga: Saling Sindir di Pilpres Dinilai karena Miskinnya Adu Program

"Seharusnya mereka di tengah keterbatasan pilihan dan dikotomi politik yang tajam mereka harusnya melahirkan identitas gagasan yang kuat. Jadi harusnya mereka dikenal sebagai kelompok yang punya identitas atau karakter gagasan yang khas," ungkap dia.

"Kalau polarisasinya gagasan enggak ada masalah, justru kita bisa membedakan kalau kelompok 01 gagasannya ini, kelompok 02 gagasannya ini. Tapi kalau yang dibuat polarisasi sentimen, nah ini akan memecah belah masyarakat kita sehingga tidak lagi kritis," lanjutnya.

Kompas TV Mengapa dua cawapres yang berlaga lebih mengedepankan <em>gimmick</em> dan pernyataan yang terkesan saling serang? Dan kapan para pemilih bisa mendengar seluruh program kerja serta visi misi dari keduanya? Untuk membahasnya sudah hadir di studio Juru Bicara Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma&rsquo;ruf, Andreas Hugo Pareira. Kemudian ada Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi, Viva Yoga Mauladi serta pengamat politik LIPI, Siti Zuhro.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Soal PDI-P Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran, Djarot Bilang Tidak Tahu

Soal PDI-P Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran, Djarot Bilang Tidak Tahu

Nasional
Rencana Revisi, DPR Ingin Sirekap dan Digitalisasi Pemilu Diatur UU

Rencana Revisi, DPR Ingin Sirekap dan Digitalisasi Pemilu Diatur UU

Nasional
BKKBN Minta Bocah 7 Tahun Sudah Tunangan Tak Dianggap Biasa

BKKBN Minta Bocah 7 Tahun Sudah Tunangan Tak Dianggap Biasa

Nasional
Terungkap di Sidang, Biaya Ultah Cucu SYL Di-“reimburse” ke Kementan

Terungkap di Sidang, Biaya Ultah Cucu SYL Di-“reimburse” ke Kementan

Nasional
Tanggapi Jokowi, Djarot PDI-P: Konstitusi Dilanggar dan Direkayasa, Kekaderannya Patut Diragukan

Tanggapi Jokowi, Djarot PDI-P: Konstitusi Dilanggar dan Direkayasa, Kekaderannya Patut Diragukan

Nasional
Polri Akan Gelar Operasi Puri Agung 2024, Kawal World Water Forum Ke-10 di Bali

Polri Akan Gelar Operasi Puri Agung 2024, Kawal World Water Forum Ke-10 di Bali

Nasional
Prabowo Guncangkan Badan Surya Paloh, Sama seperti Anies Kemarin

Prabowo Guncangkan Badan Surya Paloh, Sama seperti Anies Kemarin

Nasional
Kasus Dana PEN, Eks Bupati Muna Divonis 3 Tahun Bui

Kasus Dana PEN, Eks Bupati Muna Divonis 3 Tahun Bui

Nasional
Surya Paloh Bakal Bertemu Prabowo Sore Ini, Nasdem Belum Ambil Keputusan

Surya Paloh Bakal Bertemu Prabowo Sore Ini, Nasdem Belum Ambil Keputusan

Nasional
Jalankan Amanah Donatur, Dompet Dhuafa Berbagi Parsel Ramadhan untuk Warga Palestina

Jalankan Amanah Donatur, Dompet Dhuafa Berbagi Parsel Ramadhan untuk Warga Palestina

Nasional
Wapres Sebut Target Penurunan 'Stunting' Akan Dievaluasi

Wapres Sebut Target Penurunan "Stunting" Akan Dievaluasi

Nasional
Persilakan Golkar Tampung Jokowi dan Gibran, PDI-P: Kami Bukan Partai Elektoral

Persilakan Golkar Tampung Jokowi dan Gibran, PDI-P: Kami Bukan Partai Elektoral

Nasional
Dana Pensiun Bukit Asam Targetkan 4 Langkah Penyehatan dan Penguatan pada 2024

Dana Pensiun Bukit Asam Targetkan 4 Langkah Penyehatan dan Penguatan pada 2024

Nasional
Di Depan Wiranto-Hendropriyono, Prabowo Minta Maaf Pernah Nakal: Bikin Repot Senior...

Di Depan Wiranto-Hendropriyono, Prabowo Minta Maaf Pernah Nakal: Bikin Repot Senior...

Nasional
Albertina Dilaporkan Wakil Ketua KPK, Ketua Dewas: Apa yang Salah? Ada Surat Tugas

Albertina Dilaporkan Wakil Ketua KPK, Ketua Dewas: Apa yang Salah? Ada Surat Tugas

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com