JAKARTA, KOMPAS.com - Calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo dan calon wakil presiden nomor urut 02 Sandiaga Uno beberapa kali blusukan ke pasar-pasar tradisional di beberapa daerah di Indonesia.
Saat di pasar, keduanya seolah saling balas mengenai temuan harga-harga kebutuhan pokok.
Sandiaga mengaku menemukan kenaikan harga sejumlah komoditas. Sementara Jokowi mengklaim bahwa harga pangan di pasar masih terkendali.
Pengamat Politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro menilai perdebatan soal aktivitas di pasar wajar terjadi. Sebab, pasar memang merupakan pusat kebutuhan dasar dan identik dengan rakyat kecil.
"Pasar itu kan basic need, tempatnya pangan, tempatnya wong cilik. Jadi indikator bahwa kalau ada keluhan dari konsumen atau yang punya toko di pasar tradisional, berarti ada something wrong dengan kebijakan pemerintah," ujar Siti di kompleks parlemen, Selasa (13/11/2018).
Siti mengatakan pasar juga merupakan tempat potensial mencari dukungan. Menurut dia, tingkat kesejahteraan penduduk Indonesia bagaikan trapesium. Jumlah rakyat kecil di bawah cenderung besar daripada para elite-nya.
Hal itu membuat pasar tradisional sebagai tempat rakyat kecil berpotensi menjadi tempat mendulang suara.
"Pak Jokowi juga kan mendapatkan suara dan kekaguman publik dari blusukan itu. Jadi jangan salah, signifikan itu," ujar Siti.
Oleh karena itu, dia menilai wajar jika petahana ingin menunjukkan bahwa harga di pasar masih bisa dikendalikan oleh pemerintah.
Di sisi lain, menjadi hal yang lumrah jika pesaing menjadikan pasar sebagai tempat mencari bahan untuk mengkritisi kebijakan pemerintahan.
"Menurut saya signifikan, dukungan yang luar biasa. Kalau emosinya dimainkan ya luar biasa," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.