Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jannus TH Siahaan
Doktor Sosiologi

Doktor Sosiologi dari Universitas Padjadjaran. Pengamat sosial dan kebijakan publik. Peneliti di Indonesian Initiative for Sustainable Mining (IISM). Pernah berprofesi sebagai Wartawan dan bekerja di industri pertambangan.

Politik Tanpa Kebencian

Kompas.com - 09/11/2018, 12:59 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Dalam bahasa Badi'uzzaman Said Nursi, jika engkau menginginkan permusuhan, musuhilah rasa permusuhan yang ada di dalam dirimu (hatimu). Itu dulu yang harus kita benahi.

Kita harus senantiasa belajar bahwa dunia punya sejarah hitam soal konflik internal di beberapa negara karena ujaran kebencian, antara lain di Rwanda dan Serbia.

Sejarah Rwanda dulu mencatat bahwa terjadi perburuan suku Tutsi oleh suku Hutu yang dikobarkan melalui radio. Negara itu bertikai antarsuku dan perpecahan terjadi. Begitu juga Serbia.

Contoh konflik dua negara tersebut setidaknya mengubah model konflik di negara-negara di dunia. Jika dahulu satu negara pecah atau melemah karena terlibat konflik dengan negara lain, sekarang yang terjadi adalah satu negara bisa lemah karena keamanan internalnya, antara lain karena ujaran kebencian antarkelompok.

Situasi ini sebenarnya menjadi lampu kuning bagi seluruh negara saat ini karena ujaran kebencian tak hanya melanda negara besar tetapi juga mengancam negara sedang berkembang dan kecil.

Kini pelemahan negara karena konflik internal yang diperparah dengan ujaran kebencian melanda benua Afrika dan Asia dengan contoh nyata yaitu konflik-konflik yang terjadi di Suriah, Irak, Mesir dan beberapa negara lainnya.

Ujaran kebencian yang kini menjadi ancaman serius akan semakin memupuk potensi yang akan melemahkan negara. Pelemahan negara tersebut terutama karena ujaran kebencian yang berbasis pada suku, agama, ras dan antargolongan (SARA).

Perbedaan karena SARA pada negara-negara tersebut padahal awalnya tidak tajam, tetapi kian hari kian tajam karena ujaran-ujaran kebencian tidak bisa dikendalikan lagi.

Jika ujaran kebencian di Rwanda melibatkan media radio, kini ujaran itu sangat mudah disampaikan karena kemudahan ruang aliran informasi (space of flow), yaitu melalui internet. Selanjutnya internet mendistribusikannya melalui berita-berita online dan sosial media.

Oleh karena itu potensi-potensi ujaran kebencian harus diredam agar tidak berujung rusaknnya kerukunan dan ketentraman yang sudah lama kita jaga bersama. Karena, pemilihan umum adalah arena demokrasi, bukan arena saling benci,  maki, apalagi saling bunuh karakter antarsesama anak bangsa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 28 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 28 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
'Checks and Balances' terhadap Pemerintahan Dinilai Lemah jika PDI-P Gabung Koalisi Prabowo

"Checks and Balances" terhadap Pemerintahan Dinilai Lemah jika PDI-P Gabung Koalisi Prabowo

Nasional
Nasdem Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran, Berikut Daftar Koalisi Terbaru Indonesia Maju

Nasdem Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran, Berikut Daftar Koalisi Terbaru Indonesia Maju

Nasional
PKS Temui PKB Bahas Potensi Kerja Sama untuk Pilkada 2024, Jateng dan Jatim Disebut

PKS Temui PKB Bahas Potensi Kerja Sama untuk Pilkada 2024, Jateng dan Jatim Disebut

Nasional
Dilaporkan ke Dewas, Wakil Ketua KPK Bantah Tekan Pihak Kementan untuk Mutasi Pegawai

Dilaporkan ke Dewas, Wakil Ketua KPK Bantah Tekan Pihak Kementan untuk Mutasi Pegawai

Nasional
Lantik Sekjen Wantannas, Menko Polhukam Hadi Ingatkan Situasi Keamanan Dunia yang Tidak Pasti

Lantik Sekjen Wantannas, Menko Polhukam Hadi Ingatkan Situasi Keamanan Dunia yang Tidak Pasti

Nasional
Dudung Abdurahman Datangi Rumah Prabowo Malam-malam, Mengaku Hanya Makan Bareng

Dudung Abdurahman Datangi Rumah Prabowo Malam-malam, Mengaku Hanya Makan Bareng

Nasional
Idrus Marham Sebut Jokowi-Gibran ke Golkar Tinggal Tunggu Peresmian

Idrus Marham Sebut Jokowi-Gibran ke Golkar Tinggal Tunggu Peresmian

Nasional
Logo dan Tema Hardiknas 2024

Logo dan Tema Hardiknas 2024

Nasional
Nasdem Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran, Nasib Koalisi Perubahan di Ujung Tanduk

Nasdem Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran, Nasib Koalisi Perubahan di Ujung Tanduk

Nasional
PKS Undang Prabowo ke Markasnya, Siap Beri Karpet Merah

PKS Undang Prabowo ke Markasnya, Siap Beri Karpet Merah

Nasional
Selain Nasdem, PKB Juga Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Selain Nasdem, PKB Juga Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
BRIN Bahas Pengembangan Satelit untuk Waspadai Permasalahan Keamanan Antariksa

BRIN Bahas Pengembangan Satelit untuk Waspadai Permasalahan Keamanan Antariksa

Nasional
Nasdem dukung Prabowo-Gibran, Golkar Tak Khawatir Jatah Menteri Berkurang

Nasdem dukung Prabowo-Gibran, Golkar Tak Khawatir Jatah Menteri Berkurang

Nasional
GASPOL! Hari Ini: Hasto Kristiyanto dan Hadirnya Negara Kekuasaan

GASPOL! Hari Ini: Hasto Kristiyanto dan Hadirnya Negara Kekuasaan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com