JAKARTA, KOMPAS.com - Calon wakil presiden nomor urut 02, Sandiaga Uno, dan calon presiden nomor urut 01, Joko Widodo, kerap blusukan di pasar-pasar tradisional pada masa kampanye Pemilihan Presiden 2019.
Dari blusukan itu, keduanya seolah saling balas mengenai temuan harga-harga komoditas di pasar.
Contohnya, ketika Sandiaga datang ke sebuah pasar di Kota Semarang pada 24 September 2018.
Sandiaga kaget melihat tempe dalam kemasan kecil. Dia menjulukinya "tempe sachet".
Sandiaga mengatakan, pengemasan seperti itu adalah inovasi pedagang untuk mengakali kenaikan harga kedelai.
Baca juga: Sandiaga: Saya Tak Mau Berdebat dengan Pak Presiden soal Harga di Pasar
Dia memuji cara pedagang melakukan inovasi di tengah tingginya harga kedelai.
"Para pedagang yang saya temui di pasar mengeluhkan tingginya harga-harga dan penjualan yang menurun," ujar dia.
Sebelum itu, Sandiaga juga sempat menyebut adanya tempe setipis ATM.
Dalam tiap kunjungannya ke pasar, Sandiaga kerap menyebut bahwa harga-harga semakin mahal.
Terakhir, ia blusukan ke Pasar Anyar di Kota Bogor.
Baca juga: Kunjungi Pasar Anyar, Sandiaga Jamin Stabilkan Harga Kebutuhan Pokok
Sandi mengatakan, pasar itu terletak tidak jauh dengan Istana Bogor. Di sana, dia bertemu dengan pedagang pasar yang mengeluhkan harga yang naik.
"Kayak tadi di Pasar Anyar yang kalau saya lari dari Pasar Anyar ke Istana Bogor Pak Presiden Jokowi itu kurang dari 10 menit lari. Itu menyatakan bahwa harganya mahal," ujar Sandiaga.
Jokowu juga blusukan ke sejumlah pasar untuk memastikan harga-harga bahan kebutuhan sehari-hari.
Pada Minggu, (4/11/2018), pagi-pagi, Jokowi menyambangi Pasar Anyar yang ada di Kota Tangerang.
Jokowi ingin mengecek kebenaran pernyataan sejumlah pihak yang mengatakan harga-harga barang di pasar mengalami kenaikan.