JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Dewan Penasihat pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Zulkifli Hasan, menilai, hasil survei litbang Kompas menjadi masukan penting untuk bekerja lebih baik.
Berdasarkan hasil survei terbaru Litbang Kompas yang digelar pada 24 September-5 Oktober 2018, elektabilitas pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin mencapai 52,6 persen dalam Pilpres 2019.
Sementara, pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno mendapat 32,7 persen.
Artinya elektablitas kedua pasangan itu terpaut 20 persen.
"Ya semua survei tentu sebagai masukan penting agar tim bisa bekerja lebih baik," ujar Zulkifli, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (24/10/2018).
Baca juga: Survei Kompas: Jokowi-Maruf 52,6 Persen, Prabowo-Sandi 32,7 Persen
Zulkifli mengatakan, Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga telah memiliki survei internal sendiri.
Hal senada pernah diungkapkan Direktur Media dan Komunikasi BPN Hashim Djojohadikusumo.
Ia menyebutkan, elektabilitas antara Prabowo-Sandiaga dan Jokowi-Ma'ruf saat ini hanya selisih 6-8 persen, bukan 20 persen seperti yang dirilis sejumlah lembaga.
"Walaupun tentu kami punya survei sendiri. Tapi apapun segala masukan survei tentu menjadi bahan untuk evaluasi," kata Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) itu.
Seperti dikutip dari Harian Kompas, elektabilitas pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin mencapai 52,6 persen dalam Pilpres 2019.
Baca juga: Survei LSI: Pasca-hoaks Ratna, Dukungan Pemilih Berpendidikan Tinggi ke Prabowo Turun
Sementara, pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno mendapatkan 32,7 persen.
Hal itu berdasarkan hasil survei terbaru Litbang Kompas yang digelar pada 24 September-5 Oktober 2018.
Namun, mereka yang belum menentukan pilihan atau merahasiakan pilihannya sebesar 14,7 persen.
"Seandainya 14,7 persen responden ini merapat kepada Prabowo-Sandi, dalam hitungan sederhana, peluang Jokowi- Ma’ruf masih sedikit lebih lebar," kata Bambang Setiawan dari Litbang Kompas.
Namun, dengan memperhitungkan aspek margin of error (MOE), kata Bambang, peluang ini bisa jadi masih di titik kritis.