Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banyak Kepala Daerah Dukung Jokowi Dinilai Tak Signifikan Mendulang Suara

Kompas.com - 18/10/2018, 17:41 WIB
Ihsanuddin,
Dian Maharani

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Menjelang pilpres 2019, kepala daerah ramai-ramai mendeklarasikan dukungan kepada pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01, Joko Widodo-Ma'ruf Amin.

Bahkan, dukungan tersebut turut mengalir dari kepala daerah yang berasal dari partai pendukung pasangan calon nomor urut 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Namun CEO Polmark Indonesia, Eep Saefullah Fatah menilai, dukungan para kepala daerah itu tidak akan terlalu signifikan bagi suara Jokowi-Ma'ruf.

"Kita tak bisa menghitung kekuatan kandidat pilpres dengan dukungan kepala daerah," kata Eep dalam rilis survei dan diskusi Polmark Indonesia di Jakarta, Kamis (18/10/2018).

Baca juga: Mendagri Persilakan Bawaslu Panggil 11 Kepala Daerah Pendukung Jokowi

"Sepuluh kepala daerah di satu provinsi deklarasi mendukung satu calon, kita tak bisa hitung bahwa peluangnya membesar," tambah dia.

Eep mengatakan, ada banyak faktor yang membuat dukungan kepala daerah tak banyak berdampak untuk pemenangan di Pilpres. Salah satunya, karena seorang kepala daerah tidak mendapatkan dukungan penuh dari masyarakat di daerahnya.

Ini terjadi karena Pilkada biasanya diikuti lebih dari dua pasangan calon. Bahkan, di banyak daerah, pasangan calon yang bertarung bisa mencapai empat pasangan calon.

Dengan begitu, calon yang memenangi kepala daerah sebenarnya tak mendapat dukungan signifikan dari masyarakat setempat.

Baca juga: Mendagri Ingatkan Kepala Daerah Lepas Jabatan Saat Kampanye

"Di satu tempat, ada empat pasang kandidat bertarung di provinsi itu, pemenangnya satu. Yang tiga kalah. Tapi suara yang tiga, kalau digabungkan jauh lebih besar daripada yang menang," kata Eep.

"Ketika yang menang deklarasi, sisa suara yang tidak memilih dia lebih banyak dari yang memilih dia. Itu pun kalau pemilih dia setia. Sementara tak ada jaminan kesetiaan," lanjut Eep.

Wakil Ketua Tim Pemenangan Jokowi-Ma'ruf, Abdul Kadir Karding yang hadir dalam acara tersebut mengakui analisa Eep itu.

"Bahwa belum tentu kepala daerah yang mendukung di pilpres itu otomatis lalu suaranya itu dapat merepresentasi suara masyarakat se-Kabupaten, belum tentu juga," kata Karding.

Ketua DPP PKB itu mengatakan, sesungguhnya yang lebih menentukan kemenangan pada Pilpres 2019 adalah kekuatan personal setiap paslon capres-cawapres serta strategi yang akan digunakan.

Sementara itu, Wakil ketua Badan Pemenangan Nasional Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Eddy Soeparno, menegaskan bahwa pihaknya memang melarang kepala daerah untuk ikut cawe-cawe di Pilpres. Ia menilai, jika kepala daerah memilih mendukung salah satu paslon di Pilpres 2019, maka akan menimbulkan banyak mudaratnya.

Sejak awal, kubu Prabowo-Sandiaga tak mau kepala daerah menjadi bagian dari tim pemenangan karena bisa mengganggu kinerjanya sebagai kepala daerah.

"Pertama, baru terpilih, ya yang mereka lakukan itu harusnya konsolidasi internal dulu supaya bisa fokus mengerjakan tugas-tuga sebagai kepala daerah baru," kata Eddy.

Sekjen PAN itu menilai, kepala daerah yang mendukung salah satu paslon bisa mencederai netralitas Aparatur Sipil Negara (ASN) di bawah kepemimpinannya.

"Jadi ASN kalau pimpinannya ke kanan itu pasti dia ikut ke kanan. Untuk itu dalam koalisi kami kepala daearah tak diperkenankan menjadi timses," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Ada Tim Transisi pada Pergantian Pemerintahan dari Jokowi ke Prabowo

Tak Ada Tim Transisi pada Pergantian Pemerintahan dari Jokowi ke Prabowo

Nasional
Kasasi KPK Dikabulkan, Eltinus Omaleng Dihukum 2 Tahun Penjara

Kasasi KPK Dikabulkan, Eltinus Omaleng Dihukum 2 Tahun Penjara

Nasional
Penetapan Presiden di KPU: Prabowo Mesra dengan Anies, Titiek Malu-malu Jadi Ibu Negara

Penetapan Presiden di KPU: Prabowo Mesra dengan Anies, Titiek Malu-malu Jadi Ibu Negara

Nasional
Gibran Bertemu Ma'ruf Amin, Saat Wapres Termuda Sowan ke yang Paling Tua

Gibran Bertemu Ma'ruf Amin, Saat Wapres Termuda Sowan ke yang Paling Tua

Nasional
Anies Dinilai Masih Berpeluang Maju Pilkada Jakarta, Mungkin Diusung Nasdem dan PKB

Anies Dinilai Masih Berpeluang Maju Pilkada Jakarta, Mungkin Diusung Nasdem dan PKB

Nasional
Petuah Jokowi-Ma'ruf ke Prabowo-Gibran, Minta Langsung Kerja Usai Dilantik

Petuah Jokowi-Ma'ruf ke Prabowo-Gibran, Minta Langsung Kerja Usai Dilantik

Nasional
Kejagung Periksa 3 Saksi Terkait Kasus Korupsi Timah, Salah Satunya Pihak ESDM

Kejagung Periksa 3 Saksi Terkait Kasus Korupsi Timah, Salah Satunya Pihak ESDM

Nasional
Tak Dukung Anies Maju Pilkada Jakarta, PKS Dinilai Ogah Jadi “Ban Serep” Lagi

Tak Dukung Anies Maju Pilkada Jakarta, PKS Dinilai Ogah Jadi “Ban Serep” Lagi

Nasional
2 Prajurit Tersambar Petir di Mabes TNI, 1 Meninggal Dunia

2 Prajurit Tersambar Petir di Mabes TNI, 1 Meninggal Dunia

Nasional
Usung Perubahan Saat Pilpres, PKB-Nasdem-PKS Kini Beri Sinyal Bakal Gabung Koalisi Prabowo

Usung Perubahan Saat Pilpres, PKB-Nasdem-PKS Kini Beri Sinyal Bakal Gabung Koalisi Prabowo

Nasional
[POPULER NASIONAL] Anies-Muhaimin Hadir Penetapan Presiden-Wapres Terpilih Prabowo-Gibran | Mooryati Soedibjo Tutup Usia

[POPULER NASIONAL] Anies-Muhaimin Hadir Penetapan Presiden-Wapres Terpilih Prabowo-Gibran | Mooryati Soedibjo Tutup Usia

Nasional
Sejarah Hari Posyandu Nasional 29 April

Sejarah Hari Posyandu Nasional 29 April

Nasional
Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Nasional
Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com