Ekonomi Kebodohan
Kejanggalan ekonomi yang terjadi, lanjut Prabowo, karena sistem perekonomian tidak berjalan dengan benar.
Ia menilai, sistem ekonomi yang berjalan lebih parah dari paham neoliberalisme yang dianut oleh Amerika Serikat. Sebab, angka kesenjangan sosial masyarakat Indonesia semakin tinggi.
Bahkan, ia menyebut Indonesia tengah mempraktikan sistem ekonomi kebodohan.
"Ini menurut saya bukan ekonomi neoliberal lagi. Ini lebih parah dari neolib. Harus ada istilah, ini menurut saya ekonomi kebodohan. The economics of stupidity. Ini yang terjadi," kata Prabowo.
Prabowo pun memaparkan beberapa indikator untuk menguatkan argumentasinya tersebut.
Menurut dia, sejak 1997 hingga 2014, kekayaan Indonesia yang hilang atau dinikmati oleh pihak asing mencapai 300 miliar dollar Amerika Serikat.
Baca juga: Kelakar Prabowo soal Harap-harap Cemas Dapat Dukungan dari LDII
Dengan demikian, Indonesia hanya memiliki sedikit cadangan kekayaam nasional.
Fenomena kekurangan gizi juga tidak lepas dari sorotannya.
Mengutip dari data Bank Dunia, Prabowo menyebut 1 dari 3 anak Indonesia berusia di bawah lima tahun mengalami stunting atau pertumbuhan yang tidak sempurna.
Ia juga mengkritik produksi sumber daya alam dikuasai oleh sektor swasta dan sebagian besar tidak dinikmati oleh masyarakat.
"Ini ironi. Pasal 33 UUD 1945 sangat jelas, perekonomian disusun berdasarkan asas kekeluargaan. Ayat (2), cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara," kata Prabowo.
"Tapi kita lihat sekarang jutaan hektar tanah kita dikuasai oleh perusahaan swasta, mereka bawa uangnya ke luar negeri," ujar dia.
Indikator lain yang menjadi sorotan adalah tingkat ketimpangan masyarakat Indonesia. Ia mengatakan, gini ratio indonesia sekarang berada di angka 45,4.
Artinya, kata Prabowo, 1 persen rakyat Indonesia menguasai 45 persen kekayaan nasional.
Kemudian ia mengutip data lembaga Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) terkait persentase kepemilikan tanah.
Prabowo menyebutkan, 1 persen masyarat menguasai 82 persen luas tanah di Indonesia.
"Semua kekayaan tanah itu tidak ke rakyat. Kalau sekian puluh juta hektar dikuasai oleh segelintir manusia, uang itu hanya dinikmati oleh segelintir itu," kata Prabowo.