JAKARTA, KOMPAS.com — Selama hampir 1 jam, calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto berbicara di hadapan ribuan anggota Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) saat Rapat Kerja Nasional (Rakernas) LDII di Pondok Pesantren Minhajurrosyidin, Pondok Gede, Jakarta Timur, Kamis (11/10/2018).
Dalam pidatonya, Prabowo menyampaikan kritik dan pandangannya atas situasi ekonomi di Indonesia, sebagaimana yang pernah ia tulis dalam bukunya, Paradoks Indonesia.
Ketua umum Partai Gerindra itu menyebutkan, saat ini telah terjadi upaya pengkhianatan yang dilakukan kalangan elite terhadap masyarakatnya sendiri.
Baca juga: Prabowo: Ada Upaya Pengkhianatan oleh Elite terhadap Rakyatnya Sendiri
Menurut dia, kalangan elite saat ini tidak lagi berpikir tentang kepentingan masyarakat, melainkan kepentingan kelompoknya sendiri.
Akibatnya, terjadi kesenjangan sosial antara masyarakat dan kalangan elite.
"Ada masalah besar di republik kita, pendapat saya, bahwa saya melihat ada satu pengkhianatan terjadi. Pengkhianatan ini dilakukan oleh elite bangsa kita sendiri terhadap rakyatnya," ujar Prabowo.
"Elite kita tidak berpikir kepentingan yang besar, rakyat, mereka berpikir kepentingan kelompoknya masing-masing, dirinya, keluarganya, sehingga disconnect terjadi, suatu jurang terjadi antara realita masyarakat dan kehidupan elite. Ini sudah berjalan puluhan tahun," kata dia.
Baca juga: Prabowo Kritik Elite yang Enggan Bahas Implementasi Pasal 33 UUD 1945
Prabowo menilai, ketimpangan sosial tersebut terlihat jelas dari kejanggalan atau paradoks yang dirasakannya.
Ia mengatakan, Indonesia memiliki seluruh sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan untuk menjadi negara industrial yang terkemuka.
Kenyataannya, sebagian masyarakat Indonesia justru tidak menikmati hasil kekayaan alam tersebut.
"Semua kekayaan alam ada tetapi kita sebagai bangsa bisa dikatakan sekarang ini kita tekor sebagai bangsa," kata Prabowo.
Ia juga menyoroti melemahnya nilai tukar rupiah dan beban utang sebagai salah satu indikator kemiskinan yang dihadapi oleh Indonesia.
Prabowo juga menyebut para elite saat ini seolah tidak bermasalah dengan situasi seperti itu.
"Dan, yang menyedihkan banyak elite kita yang hidup dari utang itu biasa dan baik-baik saja. Mata uang merosot terus. Kalau merosot itu tandanya kita tambah miskin," ujar dia.
Baca juga: PKS Sebut Prabowo Tak Gentar Hadapi Pilpres
"Kalau 1 dollar Rp 10.000 lima tahun yang lalu, sekarang Rp 15.000. Artinya, kita tambah miskin. Tapi elite banyak yang merasa ini tidak penting untuk dibahas oleh rakyat kita," ucap mantan Danjen Kopassus itu.
Meski demikian, ia menegaskan, tidak menuding partai atau kelompok tertentu. Bahkan, Prabowo juga mengaku sempat menjadi elite yang ia maksud.
"Elite itu unsur pimpinan, saya juga bagian dari elite itu karena dulu saya ikut juga percaya dengan neoliberalisme. Saya dulu di Orde Baru, percaya neoliberal itu benar," kata Prabowo.