JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah daerah Kota Palu berencana mendirikan ruang terbuka hijau dan memory park (monumen bersejarah) bencana Sulawesi Tengah, di tiga wilayah yang paling parah terdampak gempa dan tsunami. Tiga wilayah tersebut, adalah Kelurahan Bala Roa, Petobo, dan Jono Oge.
Ketiga daerah itu merupakan area rawan gempa lantaran dilalui jalur gempa sesar Palu Koro. Pada waktu gempa dan tsunami, area tersebut mengalami proses likuefaksi (pencairan tanah) serta pengangkatan dan penurunan tanah.
Baca juga: 21 SPBU Telah Kembali Beroperasi di Palu hingga Sigi
Oleh karena hal tersebut, nantinya, tidak akan dibangun kembali permukiman di wilayah itu.
"Lokasi di Petobo akan dijadikan ruang terbuka hijau, juga akan dibangun monumen," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho di kantor BNPB, Utan Kayu, Jakarta Timur, Selasa (9/10/2018).
Selain memanfaatkan lahan, pembuatan monumen juga berguna untuk mencatat sejarah terjadinya bencana gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah.
"Sebagai penanda kepada masyarakat yang lain bahwa pernah terjadi bencana yang berbahaya sehingga jadi edukasi," ujar Sutopo.
Sementara itu, warga yang semula tinggal di area rawan gempa akan direlokasi ke daerah lain yang lebih aman. Namun demikian, rencana relokasi tersebut hingga saat ini masih dalam tahap pembahasan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Baca juga: Dendeng dan Ikan Keumamah Untuk Korban Gempa Palu
Gempa bermagnitudo 7,4 dan tsunami yang melanda Sulawesi Tengah, Jumat (8/10/2018) mengakibatkan 2.010 orang meninggal dunia.
Selain korban meninggal, BNPB mencatat ada 10.679 orang luka berat. Tercatat pula 671 orang hilang yang diperkirakan masih tertimbun di bawah reruntuhan bangunan akibat gempa dan tsunami.
Tidak hanya itu, 82.775 warga tercatat mengungsi di sejumlah titik.
Dilaporkan pula, 67.310 rumah dan 2.736 sekolah rusak. Ditambah lagi, sebanyak 20 fasilitas kesehatan rusak berat.