JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Muhadjir Effendy mengatakan, aktivitas belajar mengajar di wilayah yang terkena dampak bencana gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah sudah mulai berjalan.
Namun, proses belajar mengajar belum berjalan maksimal, karena guru dan murid masih mengalami trauma.
Saat ini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah mendirikan sekolah darurat di lokasi pengungsian pasca-gempa dan tsunami yang melanda wilayah Sulawesi Tengah pada 28 September 2018
“Sudah berlangsung. Ada tenda belajar cuma memang jangan dibayangkan kelasnya dipisahkan berdasarkan jenjang atau masing-masing satuan pendidikan,” kata Muhadjir saat dihubungi Kompas.com, Selasa (9/10/2018).
Baca juga: LPAI Dorong Kemendikbud Dirikan Sekolah Darurat di Sulawesi Tengah
“Siapa saja kita tarik untuk belajar. Ada kemarin anak SD (sekolah dasar) kumpul dengan anak SMA satu ruangan,” lanjut dia.
Muhadjir mengatakan, di sekolah darurat, ada bimbingan konseling, baik pribadi mau pun secara kelompok.
“Ada bimbingan perorangan, ada bimbingan kelompok trauma healing. Gurunya juga banyak yang belum ditemukan. Banyak guru juga ngungsi ke mana. Yang trauma juga tidak hanya siswanya guru-guru juga mengalami trauma,” kata Muhadjir.
Ia menyebutkan, kelas darurat yang dibangun Kemendikbud menggunakan tenda yang sederhana.
Proses membangun sekolah darurat juga melibatkan masyarakat secara gotong-royong dan turut dibiayai oleh Kemendikbud.
Baca juga: Celoteh Anak-anak Korban Gempa Palu yang Merindukan Sekolah (2)
“Bangunannya sederhana, material bahannya dari daerah setempat termasuk puing-puing disana dimanfaatkan, terpalnya untuk atap kami suplai dari pusat kemudian biaya pemasangan kami bantu,” kata Muhadjir.
Akan tetapi, ia mengakui, jumlah tenda yang digunakan sebagai sekolah darurat di Palu, Sulawesi Tengah, jumlahnya terbatas.
Alasannya, tenda-tenda masih digunakan saat bencana di Lombok, NTB.
“Jumlah tenda kami terbatas karena semua sudah ditarik dari LPMP (Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan) di seluruh kantor-kantor Kemendikbud perwakilan di provinsi sudah ditarik semua di NTB. Sehingga di Palu agak berat karena itu lebih kita utamakan dibangun sekolah darurat,” kata Muhadjir.
Kemendikbud, lanjut Muhadjir, berupaya untuk membangun sekolah darurat di dekat sekolah-sekolah yang kondisi bangunannya rusak akibat gempa bumi dan tsunami.
“Sekolah yang terdampak 2.736 sekolah, kemudian kondisi sekolah masih bagus tapi siswanya tidak berani masuk. Gurunya juga tidak bisa masuk. Nah, itu dibuat halaman sekolah ada tenda untuk belajar nanti pelan-pelan ada program konseling trauma mulai dihilangkan ketakutannya,” ujar dia.
.
.
.