JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, korban terdampak gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah memerlukan bantuan berupa trauma healing atau penyembuhan trauma.
Hal itu disebabkan karena korban mengalami trauma atas bencana alam yang terjadi. Terlebih, gempa susulan masih terus berlangsung.
Keadaan tersebut, kata Sutopo, menyebabkan korban terdampak menjadi stres.
"Ini yang namanya periode panik, masih trauma. Apalagi gempa susulan masih berlangsung, kebtuhan juga terbatas. Itu yang menyebabkan stres, menderita. Makanya perlu trauma healing," kata Sutopo di kantor BNPB, Utan Kayu, Jakarta Timur, Selasa (2/10/2018).
Baca juga: Perkawinan Minim Teknologi dan Mitigasi Rendah Lahirkan Bencana Palu
Tak hanya itu, proses pemenuhan kebutuhan harian yang terbatas juga menambah tingkat stres korban.
Ditambah lagi, tempat tinggal korban kebanyakan sudah hancur dan rata dengan tanah.
"Itu yang menyebabkan stres, menderita. Maka itu perlu tadi saya sampaikan trauma healing," ujar Sutopo.
Trauma healing penting, lanjut dia, diperlukan supaya para korban tetap optimis dan semangat.
Baca juga: Kisah Dea Selamatkan Ibunya yang Terjebak di Reruntuhan Rumah di Palu
Gempa dan tsunami yang terjadi di Kota Palu dan Donggala, Jumat (28/9/2018) pukul 17.02 WIB, menimbulkan korban jiwa dan sejumlah kerusakan.
Menurut data yang dirilis BNPB, hingga Selasa (2/10/2018) pukul 13.00 WIB, tercatat 1.234 orang meninggal dunia.
Selain itu, sebanyak 799 orang mengalami luka berat, dan 99 orang dilaporkan hilang. Dilaporkan pula, 65.773 unit rumah rusak.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.