JAKARTA, KOMPAS.com - Pasangan capres-cawapres nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno telah melaporkan dana awal kampanye ke Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Sandiaga mengaku sedih jika membandingkan jumlah dana awal kampanyenya dengan pasangan nomor urut 01, Joko Widodo-Ma'ruf Amin.
"Sedih ya, jangan dibandingkan dana kampanye dengan tokoh sebelah lah (pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin)," ujarnya usai menyerahkan laporan dana awal kampanye di Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU), Jakarta, Minggu (23/9/2018).
"Iya kan (dana awal kampanye kami) hampir 6 kali lipat lebih banyak dari kita," sambung mantan wakil gubernur DKI Jakarta itu.
Baca juga: Ditanya soal Dana Kampanye, Kata Sandiaga, Sedih, Sedikit
Berdasarkan data, dana awal kampanye yang dilaporkan kubu Prabowo-Sandiaga sebesar Rp 2 miliar. Sementara Jokowi-Ma'ruf Amin Rp 11 miliar.
Pada awal masa kampanye, Sandi mengatakan timnya berusaha menggalang dana dari publik secara transparan disamping menggunakan kocek pribadi.
Dana awal kampanye Rp 2 miliar Prabowo-Sandiaga merupakan hasil patungan Prabowo dan Sandiaga. Keduanya masing-masing merogoh kantong sebanyak Rp 1 miliar.
Sandi mengatakan, biaya kampanye untuk pemilu sangat mahal. Bahkan ia yang punya latarbelakang pengusaha menilai dana besar yang digelontorkan untuk Pilpres, tak masuk akal.
Sandi punya pengalaman ikut pilkada DKI 2017. Saat itu dana kampanyenya mencapai Rp 60 miliar. Ia yakin dana kampanye Pilpres akan membutuhkan dana yang lebih besar.
Baca juga: Dana Awal Kampanye Prabowo-Sandiaga Rp 2 Miliar
Pranowo-Sandiaga tidak menutup kemungkinan untuk menerima sumbangan dari perusahaan atau dari pribadi. Namun Sandi memilih lebih hati-hati karena tak ingin menjadi beban bila nanti terpilih.
"Kalau ada koorporasi yang sesuai dengan seluruh aturan diperbolehkan, why not. Tetapi kami ingin publik tahu korporasi tersebut," kata dia.
Sandi mengaku belum ada dana yang disumbang partai politik pendukungnya.
Menurut Sandi, dia dan Prabowo tidak meminta partai politik pendukungnya merogoh kocek untuk dana kampanyenya, karena alasan situasi ekonomi saat ini yang sulit, terlebih partai juga perlu dana untuk kampanye di Pileg 2019.