JAKARTA, KOMPAS.com – Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso (Buwas), kembali menghadirkan polemik, saat mengeluarkan kata-kata kasar, dalam konferensi pers di Kantor Bulog Pusat Jakarta, Rabu (19/9/2018).
Polemik ini muncul sebagai tanggapan Buwas atas pernyataan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita terkait rencana pemerintah melakukan impor beras.
Menurut Buwas, cadangan beras Indonesia masih mencukupi hingga Juni 2019, sehingga dia menolak rencana itu. Apalagi, Bulog harus menyiapkan gudang jika pemerintah mengimpor beras.
Enggartiasto menilai bahwa masalah gudang adalah persoalan Bulog. Pernyataan inilah yang kemudian ditanggapi Buwas dengan makian gaya Jawa yang terbilang kasar.
"Matamu itu!" kata Buwas di hadapan awak media yang meliput.
Sontak, polemik ini menjadi sorotan di masyarakat. Sebab, tak etis bagi pejabat negara untuk mengeluarkan pernyataan kasar dan berkonflik terbuka di hadapan publik.
Meski begitu, konflik terbuka antar-pejabat negara semacam ini bukan hanya sekali terjadi.
Sebelumnya, masih dalam masa kepemimpinan Jokowi, beberapa pejabat sempat terlibat perbedaan pendapat yang berujung pada konflik terbuka.
Berikut empat peristiwa di antaranya:
Pada Februari 2016, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral saat itu, Sudirman Said menyebut salah satu koleganya di pemerintahan kerap menghambat kerjanya dalam berbagai hal.
Misalnya dalam masalah Freeport, Blok Masela, bahkan hingga masalah listrik.
"Kok malah kolega yang menghambat?" ujar Sudirman.
Saat itu, Sudirman Said memang tidak menyebut siapa kolega di kabinet yang dimaksud.
"Nanti kalian juga tahu," lanjutnya.