JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua DPR Bambang Soesatyo mengingatkan semua pihak tak saling menyalahkan seiring pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Merujuk data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) per 5 September 2018, dolar AS sudah mencapai Rp 14.927.
Bambang mengatakan, depresiasi rupiah memang mulai berdampak pada industri yang menggunakan bahan baku impor. Oleh karena itu, kini yang dibutuhkan untuk mengatasi pelemahan rupiah adalah kekompakan dan langkah nyata.
“Saya mengingatkan kepada para pihak agar tidak mencari kambing hitam dengan menyalahkan sebab musabab turunnya rupiah, tapi lakukanlah tindakan nyata untuk mengatasi melemahnya nilai tukar rupiah,” kata Bambang dalam keterangan tertulisnya, Rabu (5/9/2018).
Bambang mengatakan, Indonesia masih punya modal penting dalam menghadapi penguatan Dolar AS. Yakni fundamental Indonesia yang cukup kuat dan kondisi politik yang relatif stabil.
“Kita harus percaya itu,” katanya.
Baca juga: Kurs Jual Dollar AS di Bank dan Money Changer Sentuh Rp 15.000
Namun, Bambang juga meminta Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia segera menyiapkan langkah-langkah antisipatif serta menerapkan kebijakan untuk menguatkan kurs rupiah terhadap dolar AS.
Selain itu, Bambang juga mendorong Kementerian Perdagangan membuat kebijakan yang dapat membantu pelaku usaha untuk mendapatkan bahan baku industri, baik dari dalam maupun luar negeri.
“Sehingga pelaku usaha dapat meningkatkan hasil produksi dan nilai ekspor,” ujarnya.
Menurut Bambang, pemerintah sebaiknya segera mengeksekusi rencana tentang pembatasan impor atas 900 jenis barang konsumsi. Dia meyakini pembatasan itu akan menekan impor yang berefek pada necara pembayaran.
“Pembatasan impor barang konsumsi akan mengurangi defisit neraca pembayaran yang menjadi salah satu penyebab melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan berdampak negatif kepada pelaku usaha industri,” ujarnya.
Bambang menambahkan, hal lain yang tak boleh dilupakan saat pelemehan kurs rupiah adalah keberadaan koperasi serta usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
Menurut dia, Kementerian Koperasi dan UKM harus membantu para pelaku usaha kecil dan menengah agar lebih mudah memperoleh bahan baku dan suntikan modal.
“Dengan demikian UMKM mampu bertahan untuk memproduksi dan meningkatkan kualitas serta kuantitas bahan baku industrinya. Sehingga para pelaku industri UMKM juga bisa mengurangi impor untuk mendapatkan bahan baku,” ujar Bambang.
Baca juga: Rupiah Hampir Sentuh Rp 15.000 Per Dollar AS, Ini Komentar Jokowi
Bambang juga meminta badan usaha milik negara (BUMN) dan badan usaha milik daerah (BUMD) ikut turun tangan menghadapi penguatan dolar AS. Caranya bisa dengan saling bersinergi dalam hal promosi dan penggunaan produk dalam negeri.
Bambang menegaskan, kunci penting dalam menghadapi pelemahan rupiah adalah sinergi.
“Jadi di antara kementerian dan lembaga harus saling bersinergi dan bahu-membahu dalam upaya untuk menguatkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS guna menjaga stabilitas keuangan negara,” ujar dia.