KOMPAS.com - Hari ini 15 tahun lalu, tepatnya 20 Agustus 2003, Megawati Soekarnoputri, yang saat itu menjabat Presiden RI, meresmikan pembangunan Jembatan Suramadu yang sempat berhenti selama beberapa tahun.
Suramadu merupakan jembatan yang melintasi Selat Madura dan menghubungkan Pulau Jawa dengan Pulau Madura.
Rencana awal pembangunan Jembatan Suramadu sudah muncul sejak era kepemimpinan Soekarno.
Harian Kompas, 7 Februari 1989, memberitakan, pada 1960-an, seorang insinyur, Prof. Dr. Ir. Sedyatmo mempunyai gagasan untuk membangun jembatan penyeberangan dari Surabaya sampai Madura untuk mendorong perekonomian dan mempermudah akses transportasi.
Desain mulai dikerjakan di Institut Teknologi Bandung (ITB). Namun, ide ini tak berlanjut setelah Soekarno lengser.
Pada masa Orde Baru, dibentuklah sebuah tim Nusa Bimasakti untuk mengerjakan megaproyek tersebut. Tim tersebut dibantu dua orang ahli kontruksi dan terowongan dari Jepang.
Hasilnya, sebuah jembatan dengan rencana awal 2.660 meter dengan nilai proyek 14,5 miliar yen yang menghubungkan Madura dan Jawa dibangun pada 1990.
Pemberitaan Harian Kompas, 11 Oktober 1989, menyebutkan, pihak Indonesia akan bekerja sama dengan Jepang.
Kontruksi awal adalah 580 meter dari 2.660 meter tak memakai tiang pancang. Kontruksi semacam ini untuk memungkinkan kapal bisa berlayar di bawahnya.
Jembatan Suramadu akan membentang di atas laut dengan kedalaman hingga 20 meter, dan akan ditopang oleh 121 buah pilar yang jaraknya bervariasi antara 40 meter, 70 meter, 80 meter, dan 150 meter.
Pada 1990, proyek pembangunan Suramadu sebagai proyek nasional. Jepang bersama pemerintah menjalankan proyek megah ini.
Namun, proyek terhenti saat terjadi krisis moneter pada 1997. Presiden Soeharto menghentikan pembangunan proyek ini.
Dibangun kembali
Pada 20 Agustus 2003, pemerintah akhirnya melanjutkan megaproyek yang telah terhenti selama beberapa tahun.
Presiden Megawati Soekarnoputri meresmikan tiang pancang pertama pembangunan Jembatan Surabaya-Madura.