Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hampir Mati demi Menyiarkan Teks Proklamasi...

Kompas.com - 18/08/2018, 10:38 WIB
Ihsanuddin,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Hari itu, Jumat, 17 Agustus 1945, Soekarno membacakan teks proklamasi di kediamannya di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56.

Pembacaan teks tersebut menandakan Indonesia telah merdeka setelah ratusan tahun dijajah.

Namun, perjuangan tak berhenti di situ. Kabar mengenai kemerdekaan Indonesia harus disiarkan ke seluruh masyarakat.

Radio saat itu menjadi medium yang paling efektif untuk menyiarkan kabar kemerdekaan RI dengan cepat dan luas.

Baca juga: Laksamana Maeda: Nasib Saya Tidak Penting, yang Penting Kemerdekaan Indonesia

Namun, seperti dikutip dari buku Seputar Proklamasi Kemerdekaan karya Hendri F Isnaeni yang diterbitkan Kompas, menyiarkan kabar kemerdekaan saat itu bukan lah perkara mudah.

Sebab, kantor-kantor radio masih di bawah penguasaan Jepang.

Termasuk kantor radio Hoso Kyoku yang saat ini kita kenal dengan nama Radio Republik Indonesia (RRI).

Adalah Jusuf Ronodipuro, penyiar di Hoso Kyoku Jakarta yang sejak awal dipercaya menyiarkan kabar kemerdekaan itu.

Baca juga: Mengapa Rumah Laksamana Maeda Dipilih sebagai Lokasi Penyusunan Teks Proklamasi?

Dua hari sebelum kemerdekaan, ia sudah mendapat kabar mengenai kekalahan tentara Jepang.

Hari itu, tanggal 15 Agustus, Jusuf masuk kantor seperti biasa. Mendadak muncul Mochtar Lubis mencari kakaknya, Bachtiar Lubis, yang kebetulan atasan Jusuf.

Sambil berbisik, Mochtar memberi tahu bahwa Jepang telah menyerah. Jusuf diminta bersiap menyiarkan kabar bahagia itu.

"Tentu saja, hati saya bergembira, tetapi lantas bagaimana? Karena Jepang segera mengunci semua pintu studio. Pegawai yang sedang berada di kantor tak boleh keluar. Pihak Jepang juga lantas menutup acara siaran luar negeri," kata dia.

Baca juga: Siulan Rahasia Bung Karno dan Kecurigaan Belanda di Kota Ende

Tanggal 16 Agustus, sepanjang hari, studio tersebut menyajikan acara hiburan. Begitu juga pada pagi dan siang hari, Jumat 17 Agustus, acara yang terselenggara hanya program hiburan.

Sampai kemudian menjelang senja, ada wartawan dari kantor berita Domei, Syahruddin, yang menyelundup masuk ruang penyiar. Dia membawa dua lembar kertas.

Lembar pertama berisi surat dari Adam Malik, meminta agar lembar kedua dibacakan sebagai berita. Lembar kedua ini berisi teks lengkap proklamasi kemerdekaan.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rekening Jaksa KPK yang Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar Diperiksa

Rekening Jaksa KPK yang Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar Diperiksa

Nasional
Kasus Kredit Ekspor LPEI, KPK Buka Peluang Tetapkan Tersangka Korporasi

Kasus Kredit Ekspor LPEI, KPK Buka Peluang Tetapkan Tersangka Korporasi

Nasional
Pakar Hukum Dorong Percepatan 'Recovery Asset' dalam Kasus Korupsi Timah yang Libatkan Harvey Moeis

Pakar Hukum Dorong Percepatan "Recovery Asset" dalam Kasus Korupsi Timah yang Libatkan Harvey Moeis

Nasional
Sidak ke Kalteng, Satgas Pangan Polri Minta Pasar Murah Diintensifkan Jelang Lebaran

Sidak ke Kalteng, Satgas Pangan Polri Minta Pasar Murah Diintensifkan Jelang Lebaran

Nasional
Puspen TNI Sebut Denpom Jaya Dalami Dugaan Prajurit Aniaya Warga di Jakpus

Puspen TNI Sebut Denpom Jaya Dalami Dugaan Prajurit Aniaya Warga di Jakpus

Nasional
Bea Cukai dan Ditresnarkoba Polda Metro Jaya Gagalkan Peredaran Serbuk MDMA dan Kokain Cair

Bea Cukai dan Ditresnarkoba Polda Metro Jaya Gagalkan Peredaran Serbuk MDMA dan Kokain Cair

Nasional
TNI Kirim Payung Udara, Bisa Angkut 14 Ton Bantuan untuk Warga Gaza Via Udara

TNI Kirim Payung Udara, Bisa Angkut 14 Ton Bantuan untuk Warga Gaza Via Udara

Nasional
Tersangka Kasus Korupsi Timah Diyakini Bisa Bertambah 2-3 Kali Lipat jika Diusut Lewat TPPU

Tersangka Kasus Korupsi Timah Diyakini Bisa Bertambah 2-3 Kali Lipat jika Diusut Lewat TPPU

Nasional
Pakar Hukum Duga Ada 'Orang Kuat' Lindungi Kasus Korupsi Timah yang Jerat Harvey Moeis

Pakar Hukum Duga Ada "Orang Kuat" Lindungi Kasus Korupsi Timah yang Jerat Harvey Moeis

Nasional
Gerindra: Prabowo Tidak Cuma Janji Kata-kata, Dia 'The New Soekarno'

Gerindra: Prabowo Tidak Cuma Janji Kata-kata, Dia "The New Soekarno"

Nasional
TNI Kirim 900 Payung Udara untuk Salurkan Bantuan ke Warga Palestina

TNI Kirim 900 Payung Udara untuk Salurkan Bantuan ke Warga Palestina

Nasional
Terseretnya Nama Jokowi dalam Pusaran Sengketa Pilpres 2024 di MK...

Terseretnya Nama Jokowi dalam Pusaran Sengketa Pilpres 2024 di MK...

Nasional
Serangan Balik KPU dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK...

Serangan Balik KPU dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK...

Nasional
Soal Flu Singapura, Menkes: Ada Varian Baru Tapi Tidak Mematikan Seperti Flu Burung

Soal Flu Singapura, Menkes: Ada Varian Baru Tapi Tidak Mematikan Seperti Flu Burung

Nasional
Kasus yang Jerat Suami Sandra Dewi Timbulkan Kerugian Rp 271 Triliun, Bagaimana Hitungannya?

Kasus yang Jerat Suami Sandra Dewi Timbulkan Kerugian Rp 271 Triliun, Bagaimana Hitungannya?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com