JAKARTA, KOMPAS.com - Kerugian akibat gempa bumi di Nusa Tenggara Barat dan Bali diperkirakan mencapai Rp 2 triliun. Angka tersebut sebagian besar dihitung dari kerusakan bangunan akibat gempa.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, kerugian meliputi sektor permukiman, infrastruktur, ekonomi produktif, sosial budaya dan lintas sektor.
Baca juga: Korban Tewas Akibat Gempa Lombok dan Bali Bertambah Menjadi 321 Orang
"BNPB masih melakukan hitung cepat untuk menghitung kerugian ekonomi," ujar Sutopo dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Jumat (10/8/2018).
Data sementara, kerusakan rumah mencapai 67.875 unit rumah. Dari hasil analisis citra satelit, tampak kerusakan bangunan masif terjadi di Lombok Utara. Di kabupaten tersebut hampir 75 persen permukiman hancur dan rusak.
"Ini disebabkan bangunan paling dekat dengan pusat gempa dan menerima guncangan gempa dengan intensitas VII MMI," kata Sutopo.
Baca juga: Pimpin Rapat Penanganan Dampak Gempa Lombok, Ini Instruksi Jokowi
Menurut Sutopo, rumah dengan konstruksi yang kurang memenuhi standar tahan gempa tidak akan mampu menahan guncangan keras. Dampaknya rumah tersebut roboh.
Selain rumah, sebanyak 468 sekolah rusak, 6 jembatan rusak dan 3 rumah sakit rusak. Kemudian, 10 puskesmas rusak, 15 masjid rusak, 50 unit mushola rusak, dan 20 unit perkantoran rusak.